Sepertinya di situ pula letak kepuasan batin seorang Armaidi. Wartawan yang mau menulis buku seperti Armaidi di Sumbar ini tak banyak.
Armaidi adalah satu dari sedikit wartawan yang suka menulis buku. Dia terus belajar dari penulis hebat lewat buku karyanya.
Sebagai aktivis senior, Armaidi pun kerap menularkan ilmu menulisnya ke kader muda, mahasiswa yang mau ikut dengannya dalam mendalami ilmu menulis.
Hidup sangat sederhana, dan mampu mencapai segala puncak karir. Puncak karir wartawan adalah jadi Pemred. Sudah lama Armaidi berada di pucuk pimpinan media.
Puncak seorang penulis, ya membuat dan menulis buku. Bejibun buku yang sudah ditulisnya. Dia tetap dan istiqamah dalam kesederhanaannya.
Senang naik motor, di tengah nyaris tak ada lagi Pemred yang tidak punya mobil saat ini. Kemana pun dia pergi, mengajar ke kampus, ke lapangan meliput, ke ladang tak pernah dia tinggalkan tas.
Tas sandang. Isinya pasti sejumlah buku. Jadi, menjelang dan sesudah acara, dia nyaman saja dengan sebuah buku yang sengaja dibacanya.
Saya pernah membuat sebuah buku sejarah dengan Armaidi. Merupakan sponsor Pemkab Padang Pariaman, dan buku itu menjadi buku sejarah penting yang hadir di daerah ini.
Menceritakan pergolakan rakyat Padang Pariaman mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari 1945-1950.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H