Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Armaidi Tanjung, Penulis Buku yang Sukses di Tengah Padatnya Kegiatan Sosial

7 Juli 2022   10:30 Diperbarui: 7 Juli 2022   10:32 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagindo Armaidi Tanjung termasuk penulis buku yang sangat produktif. Di tengah kesibukannya beraktivitas sosial kemasyarakatan, tak jadi penghambat baginya untuk terus melahirkan karya buku.

Pria kelahiran 1969 yang saya kenal dan mengenal dia sejak 2000 an ini telah menulis puluhan judul buku. Bahkan paling banyak buku yang dia tulis sendiri, ketimbang menulis berbarengan dengan kawan penulis lain.

Di samping sering menulis buku, Armaidi juga terkenal wartawan senior yang rajin baca buku. Di pustaka pribadinya bejibun tumpukan buku yang sudah dan akan dibacanya.

Pun berbagi buku dengan orang lain dan lembaga, menjadi bagian dari rutinitas tak terjadwal yang dilakukan Armaidi.

Aktif di dunia pergerakan sejak mahasiswa, Armaidi meleburkan diri ke organisasi terbesar di dunia; Nahdlatul Ulama. Dia pengagum Gus Dur, bapak bangsa yang telah banyak melahirkan karya buku.

Sepertinya, menerbitkan buku tak begitu sulit bagi Armaidi. Tak terasa, hampir tiap sebentar buku hadir dan meluncur begitu saja.

Saya kenal pertama kali dengan Armaidi, adalah lewat buku. Di samping Padang Pos tempat media kami saling kenal dulunya.

Dia begitu ringan meminjamkan segepok bukunya ke saya kala itu. Artinya, sebagai penulis dan wartawan, Armaidi punya jiwa sosial yang tinggi.

Saya banyak belajar dari dia soal menerbitkan buku ini. Hanya saja, kelemahan Armaidi, dia lebih cenderung mengerjakan sendiri.

Mulai dari naskah. Itu jelas. Editing, setting cover, dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan sebuah buku, Armaidi sepertinya lebih senang mengerjakan sendiri, dan tak mau melibatkan pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun