Cerita ditembaknya orang awak oleh tentara Belanda dulunya, lalu mayatnya hanyut sekalian oleh sungai ini sehabis ditembak, juga tak kalah serunya menjadi catatan sejarah hebat dalam nagari.
Tentu para petani di sekitar ini, terutama lahannya terus terkena banjir, memandang, sedang orang mati dengan ringannya dihanyutkan oleh sungai, apalagi sawah yang secuil ini.
Tak bisa lagi dihitung, entah berapa kali sawah petani yang punah dalam waktu sekejap oleh ganas air Sungai Batang Tapakih ini.
Asal ada hujan lebat, lalu sungai ini meluap, tunggu sajalah kepunahan sawah yang akan dipanen.
Namun demikian, para petani pemilik lahan ini tak pula putus asa untuk bersawah di situ.
Tiba waktunya, mereka tetap turun ke sawah. Ukuran disiangi, ya dikerjakan. Begi pula saat pemupukan, tetap dilakukan, meskipun saat akan panen, tanpa pemberitahuan air datang melanyau semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H