Sebentar. "Tunggu panas matahari agak menurun baru kita ke ladang," ujar Ketua Keltan Wartani Syamsul Bahri sambil menghempaskan batu domino.
Dan memang, Sabtu (4/6/2022) kami anggota kelompok datang terlambat pula di ladang. Sudah agak panjang waktu Zuhur, kami serombongan baru mencogok di posko tempat biasa nongkrong sebelum dan setelah berladang.
Tentu karena sesuatu yang menyebabkan kami terlambat tiba. Tiap sebentar telpon Ketua Keltan ke Sekretarisnya dan tentu anggota yang lain, menunggu kepastian jadi atau tidaknya melihat ladang.
Kegiatan ke ladang biasanya rutin tiap akhir pekan. Sejak sebelum puasa hingga lebaran habis, baru Sabtu kemarin itu mulai diulang lagi. Digiatkan lagi, setelah sekian lama hening.
Semak mulai tumbuh dan sebagian sudah melebihi tinggi semak dari tinggi jeruk nipis dan lemon yang kami tanam.
Hempasan domino kian keras, suara kelakar pasangan yang menang pun tambah meramaikan suasana siang jelang petang itu.
Mak Gus, seorang anggota Wartani yang terkenal cekatan sejak bersua di jalan yang sudah masuk Koto Padang, tempat Wartani berladang tampak memburansang saja. Mungkin dia kecewa akibat kevakuman kelompok berkegiatan.
Dia berjalan kaki berlainan arah dengan kami. Membawa sebuah pisau, dan sempat terlongsong. Agamuddin yang membawa mobil, menyuruh Hen Palo memanggil Mak Gus, sambil menghentikan laju mobil.
"Mak Gus," kata Palo sambil mengubit dengan tangannya, dan sedikit mengeluarkan kepalanya dari kaca pintu mobil.
Tentu Mak Gus tercengang saja, tapi langsung berjalan ke arah kami dalam mobil. Dan memang antara Mak Gus dan Palo belum kenal.