"Nan katangah kok kurang minta di tambah," kata tuan rumah.
Oleh perwakilan alek jantan dijawab dengan berpantun pula, dan akhirnya diputuskan untuk memulai minum lomang dan hidangan yang terletak di hadapan para tamu undangan.
Tak lama sih. Paling sebatang rokok, minum pun selesai. Tuan rumah yang tukang tating tadi mengemaskan piring yang berisi lomang tadi ditarik, lalu diganti dengan nasi plus sambal dan gulainya.
Maanta lomang dalam jamuan akikah sekalian. Para niniak mamak hadir dengan mengenakan sarung di lehernya siang Sabtu (14/5/2022) itu.
Sajamba batigo
Nasi lengkap dengan sambal dan aneka gulai terhidang, juga disebut "juadah", ditarok dalam dulang dan sebingkah randang.
Satu dulang nasi itu untuk tiga orang tamu undangan. Dimasukan gulai sesuai selera, lalu disantap bertiga masing-masing dulang yang terhidang.
Tentu sebelum makan, perundingan pun diketengahkan oleh silang sipangka kepada yang patut dengan yang mungkin.
Tukang tating yang disebut janang dalam kampung, dialah yang berperan dalam kesuksesan makan minum para niniak mamak dan alim ulama yang hadir.
Selesai makan, siriah dalam carano pun di ketengahkan ke hadapan yang patut, sesuai petunjuk dari tokoh masyarakat.
Menyerahkan sanak kemenakan