Sepekan jelang berakhirnya puasa Ramadhan 1443 H, kemarin, Dr. Irwandi Sulin Datuak Gadang menghubungi saya lewat telepon, mengajak saya ketemu Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur.
"Nku, ke Parit Malintang kita, ada perlu bersua bupati. Saya sudah menghubungi dia kemarin, dan janjian ketemu besok itu," kata Irwandi Sulin.
Saya jawab saja dengan insya Allah. Tahunya besok itu saya tak bisa mendampingi mantan Rektor Universitas Tamansiswa Padang itu, lantaran ketiduran.
Biasa, 10 hari jelang berakhir puasa itu, saya jarang tidur malam. Acap tidur habis Subuh.
Dalam pembicaraan lewat telepon itu, Irwandi Sulin juga menceritakan hasil pembicaraannya dengan Suhatri Bur. Irwandi Sulin menyinggung persoalan perkuliahan saya di kampus yang sudah hampir tamat.
Tinggal kompre dan wisuda. Namun, biaya masih banyak dibutuhkan untuk uang kuliah yang belum tuntas dibayar. Oleh Suhatri Bur tak banyak jawaban sepertinya.
Dia malah menjawab diskusi Irwandi Sulin itu dengan mengatakan, kalau saya bukan orang dia.
"Pilkada dulu, tuanku tu ndak jo awak doh," kata Irwandi Sulin menirukan ucapan Suhatri Bur dengan dia lewat sambungan telepon.
Mungkin karena mendengar ucapan demikian, saya jadi gagal bersua Irwandi Sulin yang selanjutkan gagal pula rencana menemani dia ke kantor bupati di Parik Malintang.
Saya berpikir sendiri. Rupanya Pilkada yang diikuti tiga kontestan, Suhatri Bur-Rahmang, Tri Suryadi-Taslim, dan Refrizal-Happy Neldy, jadi lama tahannya oleh Suhatri Bur, sang pemenang yang sudah lama dinyatakan KPU.