Sehingga, tak mempengaruhi terhadap keramaian kampung. Kemudian, ada yang pulang kampung hanya sekedar melepas keperluan yang amat sangat.
Seperti sanak kemenakan yang baralek atau pesta, sehingga tak perlu cepat pulang. Tunggu saja pas hari H baralek, baru tiba di kampung.
Dan perantau asal Duku banyak memang terkenal di Kalimantan. Perantauan yang cukup jauh, butuh kos yang banyak untuk sampai ke kampung.
Beda halnya kalau perantau di Riau dan daerah lain di Sumatera, untuk pulang kampung tak begitu banyak butuh ongkos pulang pergi.
Menurut pengurus masjid dan surau, hasil pendapatan uang dari pelaksanaan Idul Fitri, tak begitu melincak. Standar saja, mengingat yang di rantau tak seberapa orang yang pulang kampung.
Dan memang, perantau pulang kampung akan mempengaruhi tingkat sosial kemasyarakatan, seperti pengumpulan infak saat acara di masjid dan surau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H