Sementara, jamaah yang tua-tua lebih memilih kitab Alquran yang tersusun rapi di bagian depan mihrab masjid untuk dibaca, sebagai amalan tentunya sambil menunggu waktu shalat berikutnya.
Masjid memang dituntut bagus, dan jauh lebih bagus dari rumah masyarakat. Kondisi demikian, membuat jamaah betah dan nyaman beribadah di dalamnya.
Urusan kami belum selesai. Sambil menunggu kawan yang berurusan, waktu shalat Asar masuk, kami pun kembali menuju masjid itu.
Ramainya arus lalu lintas di by pas itu membuat kami juga terlambat. Pas salam terakhir, kami baru masuk area parkir.
Namun, shalat berjamaah tetap dilakukan dengan anggota jamaah yang terlambat. Suasana setelah shalat sedikit berbeda dari usai shalat Zuhur tadi.
Para pengurus masjid sibuk mengatur tempat takjil berbuka puasa, bagi yang ingin berbuka puasa di masjid itu.
Menikmati jelang berbuka puasa, para jamaah lebih banyak membaca kitab Alquran, dan sebagian ikut menempatkan air mineral kemasan yang tertumpuk di tempatnya, ke tempat berbuka.
Kami tak berbuka di situ. Urusan selesai, Agamuddin Koto mengabarkan kalau kita lanjut balik ke Pariaman.
Ikhlas Bakri langsung membelikan mobil ke arah tujuan berikutnya. Yakni Siteba dan Tunggul Hitam, mengantar seorang kawan yang tinggal di komplek itu.
Waktu buka puasa masih panjang. Ikhlas Bakri sedikit menambah laju mobil setelah dari tempat teman yang tinggal di Tunggul Hitam tersebut.
Rencana mengisi BBM di Padang tidak jadi. Melihat kondisinya, Pariaman masih tertampung oleh kesediaan minyak mobil.