"Dulu memang luas, dan banyak tanamannya. Sekarang sudah berkurang. Hanya lima hektar, dengan tanaman sekitar 3.500 batang Jambu Merah," kata petugas dan pengelola Agrowisata Ariza Farm itu.
Menurutnya, ketika sudah musim, kebanjiran Jambu Merah ini susah pasarnya. Ini yang jadi kendala, sehingga banyak yang terbuang.
Sekilo dia jual Rp10 ribu. Karena kita datang langsung dan ingin memetik dari batangnya, sebagian yang sudah matang disuruh bawa saja oleh pengelola.
Lumayan, dua kantong plastik menengah terisi penuh, dan terasa berat. Berkali-kali kami bikin jus Jambu Merah di kedai Hen Palo, terasa plong saja ke dalam perut saat buka puasa dan setelahnya.
John Kenedi Martin sedikit menguraikan pengalamannya menjadikan biji Jambu Merah ini untuk saus di Saung Ikan Nusantara yang dia kelola di Jakarta.
"Sebenarnya, biji yang matang dan sebagian agak membusuk ini bisa termanfaatkan secara baik. Namun, harga saus tak bisa dijual murah, karena modalnya tinggi," ulas John Kenedi Martin.
Sejak mulai menanam dulu, baru sekali dilakukan peremajaan, dengan membuang dahan yang sudah berumur, lalu tumbuh dahan yang baru.
Menurut pengelola, buah jambu bila tidak dibungkus dengan plastik, dengan mudah busuk ketika matang.
Di sini dituntut kejelian para pekerja, membungkus mana buah yang sudah patut dibungkus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H