Sebagian besar masyarakat Padang Pariaman, tinggal dan hidup di rantau orang. Hampir setiap sudut kampung di Nusantara ini, ada "urang awak", istilah lain untuk kaum perantau.
Mereka memilih merantau, lantaran tidak bisa hidup dan berkembang di kampung sendiri.
Di Minangkabau berlaku pepatah "karatau madang dihulu, babuah babungo balung. Karantau bujang dahulu, di kampuang baguno balun".
Artinya, merantau bagi orang Minang bukan sekedar mencari hidup, sesuap pagi dan petang. Lebih dari itu, orang Minang merantau juga pergi untuk menimba ilmu.
Secara garis besar, mereka berhasil merubah nasibnya selama di rantau. Lebaran, adalah ajang pulang kampung, membangun silaturahmi yang terputus sementara dengan "dunsanak".
Yang paling banyak pulang kampung saat lebaran, adalah mereka merantau di Pulau Sumatera. Semisal Jambi, Riau, Sumut dan daerah lainnya.
Sebab, antar daerah di pulau ini untuk pulang kampung tak begitu banyak mengeluarkan uang.
Mencari uang di rantau tentu tak selalu mulus, ada halangan dan rintangan, laksana gelombang hidup, sama juga dengan di kampung.
Artinya, kalau merantau dekat bisa pulang dengan kendaraan sendiri. Bagi yang punya mobil atau bisa merental mobil, ya bersileweran mobil daerah lain di Piaman ini.
Begitu juga yang pulang dengan motor, pun seperti demikian. Mereka pulang "basamo", sehingga terlihat dan terasa sekali rami kampung saat lebaran itu.