Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Pesantren Ramadhan Membentuk Kepribadian Anak Didik yang Luhur

15 April 2022   11:49 Diperbarui: 15 April 2022   11:57 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kegiatan Pesantren Ramadhan di mushalla sekolah di Padang Pariaman. (foto dok damanhuri)

Di gelarnya pesantren ini di tengah masyarakat, adalah ingin adanya nilai-nilai agama dan relegius tertanam pada anak sekolah.

Sebab, selama di sekolah pelajaran agama bukannya bertambah, tapi terus berkurang dari tahun ke tahun.

Roh agama terletak dalam watak tersendiri, berdasarkan pembentukan kepribadian seseorang. Lembaga pesantren di Minangkabau terkenal berbasis surau, dinilai mampu menghadirkan anak didiknya yang santun, tahu dengan budaya malu dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dengan ciri khasnya, telah diadopsi oleh pemerintah sebagai pengisi waktu luang anak didik yang libur sekolah.

Dan memang pembentukan manusia seutuhnya itu, tak bisa seperti membalik telapak tangan.

Butuh waktu yang panjang, perjuangan yang ekstra, keikhlasan yang tinggi dari sang pendidik.

Keberhasilan pesantren dalam menapaki anak didiknya, adalah permulaan ikhlas dua insn yang menyatu, guru dan murid.

Guru ikhlas mengajar, mendampingi anak siang dan malam, anak juga senang dan ikhlas menerima konsekwensi dari proses pendewasaan jiwa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun