Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

[KOLOMDonasi] Indang Kekuatan Budaya Rantau Piaman

12 April 2022   13:58 Diperbarui: 12 April 2022   14:50 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah grup indang sedang menampilkan kebolehannya di laga-laga Batang Piaman. (foto dok alfa edison)

"Baa Kampuang Pili, kami mulai lai," kata tuka dikie indang dari Padang Baru, misalnya.

Begitu tinggi tatakrama dan budaya sopan santun diajarkan dalam budaya kesenian indang.

Oleh penyanyi Minang legendaris, Tiar Ramon indang ini dimodifikasi dengan irama yang khas, tanpa menghilangkan nada indang itu sendiri.

"Ikolah indang, oi Sungai Garinggiang. Kami baindang ganti baganti, nantikan kami sampai parak siang".

Begitu kira-kira nyanyian komunikasi yang bagus, dan ajak yang baik dari satu grup terhadap grup lainnya.

Kadang dalam indang berjalan, bahasa sindirian dengan lugasnya, terasa menampar grup lain, yang tiba gilirannya, juga tak kalah pula balasannya.

Berbalas pantunlah namanya. Indang, sering diadakan dalam suatu hajatan. Misalnya, saat pengangkatan pangulu di tengah kaum.

Atau nagari itu benar yang mengadakan di laga-laga, dengan mengundang grup kampung lain untuk tampil di kampung itu.

Adat indang laksana "julo-julo", ya bergantian. Helat tahun ini anak indang kampung kita acap pergi ke kampung lain untuk berindang, suatuvsaat nanti pun kita harus berani mengundang grup indang luar untuk menguji nyali di kampung kita.

Makanya, di setiap korong atau dusun selalu ada laga-laga, bangunan adat tempat mainan anak nagari.

Rangkaian indang, banyak diawali dengan silek, luambek, buru babi, serta kadang ada pula di akhir acara dengan menghadirkan musik modern, orgen tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun