Pekerjaan relawan punya dampak yang amat luar biasa dalam pematangan jiwa dan pikiran.
Relawan, ya kerja yang tidak ada jaminan upah yang bisa diharapkan dari kerja itu. Kunci sukses masuk relawan, adalah terbiasa dengan sosial kemasyarakatan.
Bila tak punya modal sosial yang tinggi, jangan coba masuk relawan. Akan rusak hati dan pikiran. Mendingan menganggur, daripada ribut dan sakit hati dalam bekerja.
Hampir semua institusi non pemerintah, punya unit relawan. Ya relawan bencana, relawan pekerja sosial masyarakat dan lainnya.
Termasuk bekerja di media massa, sebenarnya cocok dengan sebutan pekerja relawan. Karena tak ada jaminan gaji atau upah dari perusahaan.
Kalau pun ada, cuma sebagai hitungan yang diperhitungkan dengan uang perusahaan dari hasil pariwara yang didapatkan di lapangan.
Ketika pimpinan menyebut, di lapangan wartawan dan pewarta dapat uang. Benar adanya. Tapi itu tak melulu. Malah banyak tidaknya dari adanya.
Anehnya, pewarta tak ada yang menyebut sebagai relawan. Mereka lebih bangga dengan sebutan profesional, meskipun di lapangan profesional itu dinamis.
Untung saya masuk jadi pewarta punya modal sosial yang amat tinggi. Berangkat dari pesantren sebagai santri dan pengajar yang ikhlas menjalaninya.
Mengajar di pesantren, harus punya niat yang tulus dan ikhlas. Tak ada honor dan gaji. Ini di pesantren berbasis surau.