Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perkara Pendidikan Seksual Harus Berjenjang Naik Bertangga Turun

16 Desember 2021   17:51 Diperbarui: 16 Desember 2021   18:08 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada praktek munakahat, selain dari langsung menunaikan ijab kabul setelah datang dan tiba waktunya. Yang dipelajari dalam fiqh soal munakahat itu adalah soal wali nikah, orang yang boleh dinikahi, sampai kepada larangan berhubungan pada saat istri sedang haid.

Para pelajar di pesantren, selalu dipisahkan antara santri dengan santriwati. Kecuali setelah sama-sama dewasa, dan mereka pun telah jadi guru di pesantren itu baru ada penggabungan kelas.

Meskipun duduk bersila, tetap saja mereka menamakan kelas. Sebab, mereka duduk berkelompok, mengeliling guru yang mengajar.

Cara ini agaknya penting ditularkan kepada anak-anak kita dalam mendidik soal pelajaran seksual. Berjenjang naik bertangga turun. Diberikan kepada anak sesuai umur dan tingkat nalarnya.

Tak bisa sembarangan. Sebab, perkara seksual amat sensitif. Dan mengundang banyak hal terhadap tangkapan para santri tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun