Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Muktamar ke-34 Lampung, NU Jangan Ikut ke Istana

11 Desember 2021   08:11 Diperbarui: 11 Desember 2021   08:41 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Link sukseskan Muktamar ke-34 Lampung. (foto dok damanhuri)

Keberpihakan Gus Dur kepada kaum minoritas, kelompo yang termarjinalisasi tak diragukan lagi. Di tengah puncaknya banyak orang berang ke Pak Harto, Gus Dur tanpa beban bersafari keliling pesantren dengan Mbak Tutut, putrinya Pak Harto.

Membicarakan Gus Dur, orang dengan cepat ingat NU. Begitu sebaliknya. Saat NU disebut, nama Gus Dur tak bisa hilang.

Begitu Gus Dur membangun NU dulunya. NU besar, namanya pun melambung tinggi. Tak mudah memang jadi seorang Gus Dur.

Baginya, NU jauh lebih penting dari segala-galanya. Tak silau dengan kemewahan, dan merasa rendah tatkala kesusahan menghinggapi dirinya.

Tak heran, saat dia wafat banyak orang meneteskan air mata duka dan merasa kehilangan. Sampai-sampai makamnya tak pernah sepi dari pengunjung.

15 tahun jadi nakhoda NU, Gus Dur berhasil meletakkan pondasi dasar keorganisasian. Pun kembali khittah yang ikut digagasnya bersama sejumlah ulama NU sebelum jadi Ketua Umum, jadi barometernya dalam menjalankan roda organisasi sebesar ini.

Muktamar NU yang ke-34 di Lampung, 23-25 Desember ini, agaknya perlu kembali menguatkan organisasi ini kembali ke khittahnya. Bergerak di bidang amaliah dan sosial kemasyarakatan.

Soal politik kebangsaan NU, belakangan ini sedikit tergerus, dan perlu jadi catatan untuk dipecahkan persama dalam forum muktamar.

Kenapa tergerus. Banyak orang menilai, NU itu terlalu PKB. Memang betul, PKB itu dilahirkan dari rahim PBNU. Meskipun secara nyata, PKB tak ada dalam AD/ART NU, tapi dari pergerakan yang dilakukan selama 10 tahun terakhir, terkesan PKB badan otonomnya NU.

Kemudian, dalam pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, NU terkesan tidak atau belum memposisikan dirinya sebagai organisai keagamaan.

NU seolah-olah dan terkesan ikut masuk istana. Tak ada kritikan dalam berbagai kebijakan yang dilakukan Jokowi dan Ma'ruf Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun