Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Muktamar ke-34 Lampung, NU Jangan Ikut ke Istana

11 Desember 2021   08:11 Diperbarui: 11 Desember 2021   08:41 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Link sukseskan Muktamar ke-34 Lampung. (foto dok damanhuri)

Gitu aja kok repot! Kata-kata ini mengingatkan semua orang di jagat ini akan seorang Bapak Bangsa, KH Abdurrahman Wahid.

Dia yang mempopulerkan, dan dia pula menyebabkan joke itu jadi familiar dan jadi buah sebutan banyak orang saat ini.

Saat Gus Dur, panggilan akrab Ketua Umum (Tanfidziyah) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tiga periode ini sudah tidak ada lagi.

"Iya juga kata Presiden Gus Dur. Gitu aja kok repot," kata seorang yang tengah berdiskusi dalam menyikapi berbagai persoalan kompleks yang tengah melanda bangsa ini.

Oleh Gus Dur sendiri, kata demikian bukan sekedar ucapan, dan bukan pula dia memandang enteng persoalan yang ditanyakan banyak orang ke dia, lalu dia jawab gitu aja kok repot.

Tetapi, memang kapasitas cucu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari ini memang lebih besar dari persoalan dan bangsa ini. Dia pandai dan mampu memposisikan dirinya, sehingga setiap statemen yang dilontarkannya orang harus melihat, berpikir ini Gus Dur bicara dalam kapasitas apa dan siapa.

Meskipun dia dipilih oleh anggota DPR jadi Presiden, kritikannya kepada lembaga legislatif itu tetap saja dilakukannya, pada saat kelakuan anggota dewan harus dikritik.

Sempat populer anggota dewan bagaikan taman kanak-kanak. Ini jawaban Gus Dur ketika banyak wartawan bertanya menyikapi dinamika sidang dan paripurna dewan kala itu.

Belakangan, banyak tokoh dan praktisi menilai, ia juga kata Gus Dur. DPR itu laksana anak TK.

Dan akhirnya, orang tahu bahwa Gus Dur adalah betul-betul tokoh independen. Tak terpengaruh dengan apapun jua. Saat dua kadernya jadi Menteri dalam kabinet Presiden SBY pertama, Gus Dur tetap melakukan kritikan kepada pemerintah yang sedang berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun