Pendiri Gema Santri Nusa dan Pengasuh Majlis Sholawat Ahlul Kirom, Kyai Khambali mengatakan, bahwa angka 212 di Indonesia memang populer sebagai angka yang identik dengan sang tokoh sinema pendekar fiktif bernama "Wiro Sableng". Terkenal dengan istilah muridnya Sableng, Gurunya Gendheng atau Gila.
Itu pandangan sebagian orang. Namun, menurut Kyai Khambali mengistilahkan aksi 212 dengan filosofinya angka 2 sebagai surat ke-2 dalam Al-Quran bernama Al-Baqarah, sedangkan angka "12" dengan ayat ke -12.
"Kita mencoba dari "tafsir modern" angka tersebut dengan membuka lembaran tafsir Al-Qurannya apa gerangan yang terjadi sehingga diidentikkan dengan aksi "212"," tambah Kyai Khambali.
Surat Al-baqarah (2) ayat 12 yang berbunyi: "Dan bila dikatakan kepada mereka: 'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi'. Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS.2: 11-12)
Persis seperti ini jawaban kelompok 212 ketika ditanya, bahwa mereka akan mengadakan perbaikan dengan merevolusi akhlak dan dijawab dalam surat 212 bahwa sesungguhnya mereka itulah orang orang yang membuat kerusakan, tapi mereka tidak sadar.
"Gerakan 212 ini bukan gerakan keagamaan, tapi gerakan politik dibungkus dengan manipulasi agama. Istilah kerennya adalah politisasi agama, dan di Pilkada DKI Jakarta kelompok ini telah berhasil menggunakan agama sebagai kedok untuk meraih kekuasaan," ujar Kyai Khambali.
Katanya, seyogyanya agama adalah sebuah tuntunan, agar kita selalu hidup damai, toleran, perlu berdampingan dan memberi rahmat bagi seluruh alam semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H