Banyak cerita dan diskusi yang selesai dipecahkan selama dalam perjalanan dan istirahat. Tentu persoalan komitmen dan kebersamaan yang telah lama dirintis jadi bahan yang paling sering diperdebatkan.
Begitu juga persoalan dinamika sosial di Pariaman, hiruk pikuk konferensi PWI yang baru saja selesai, hingga percaturan politik "urang awak" di bumi Lancang Kuning juga jadi bahan diskusi tersendiri dalam mobil.
Cerita menarik yang sesekali membuat gelak tawa pecah, sambil musik Batak yang enak di dengar, membuat mata tak boleh terpicing dalam jarak tempuh sekitar 300 kilometer tersebut.
Selesai mengisi BBM dan masuk penginapan, Oyong kembali memutar mobilnya. Waktu yang hampir dini hari itu tertuju ke Kopi Acek Buk Dewi di jalan Arifin Ahmad.
Oyong menyebut Mie Aceh yang satu itu paling enak di dunia. Dalam setiap dia pulang ke Pekanbaru, selalu membawa kawan-kawannya ke tempat itu.
Dan terbukti memang enak. Malam itu kami pengunjung kedainya yang terakhir. Habis itu, Buk Dewi langsung tutup. Enaknya Mie Aceh yang satu ini, agaknya berbarengan dengan enaknya Nasi Kapau Uni Cah.
Saking enaknya kedua kuliner ini, hanya dua tempat itu yang kami singgahi dua kali dalam soal makanan. Keenakannya, tak kemana disebutkan. Cerita kecewa dari dinamika perjalanan, seketika hilang ditelan waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI