Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

In Memoriam Amrizal Tuanku Sumaniak, Pendiri Yayasan Rasyid Al-Faiz Itu Meninggal Dunia

15 Juni 2021   15:16 Diperbarui: 16 Juni 2021   08:49 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amrizal Tuanku Sumaniak foto bersama keluarganya di Masjid Agung Madani Pasir Pangaraian, Riau. (foto dok facebook tengku amrizsl)

Rasanya postingan kawan di grup media sosial itu membuat saya harus percaya. Meski terasa berat, semuanya hidup dan mati itu sudah ada ketentuannya dari Yang Maha Kuasa.

Pesan singkat dari Hanton, seorang alumni Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan yang kini dosen IAIN Bukittinggi mengabarkan, bahwa Amrizal Tuanku Sumaniak meninggal dunia.

Terhenyak membaca pesan itu, lalu saya berpikir dan langsung menjawab di grup wa itu, innalilahi wa innailaihi rajiun, semoga husnul khatimah, alfatihah.

Kemudian foto pesan itu saya teruskan ke grup yang lebih banyak alumni pondok di dalamnya. Amrizal yang asli Batagak, Kabupaten Agam lama menimba ilmu di Lubuk Pandan. Dia jadi marapulai kaji tahun 1994, bersama Asrizal Malin Sinaro, Ardindas Katik Sati, dan kawan lainnya.

Saya satu asrama dengan Amrizal kelahiran Februari 1974 ini. Hanya saja, saya di lantai dua alias di atas anjung, Amrizal dan rombongan kawan dari Batagak ini mendiami lantai bawah. Namun, asramanya tetap bernama Anjung Jaya.

Setelah rombongan Amrizal ini tamat marapulai kaji alias kelas tujuh, baru saya yang jadi marapulai kaji berikutnya. Beda setahun. Karena satu asrama, kami lumayan akrap berteman.

Suaranya keras. Bila dia mengulangkan kaji kawan-kawan yunior, suaranya bisa terdengar jauh. Ketika rombongan dia jadi marapulai kaji dan rombongan saya, itu juga masa peralihan kepemimpinan pondok dari Buya Iskandar Tuanku Mudo ke Buya Marzuki Tuanku Labai Nan Basa.

Tapi ijazah tanda tamatnya tetap Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah yang menekan. Rombongan saya yang ijazahnya di tekan Buya itu yang terakhir, tahun 1995. Buya meninggal Juli 1996, saya akhir 1995 mendoa tamat kaji.

Tamat dari pondok, Amrizal kabarnya melanjutkan kuliah ke STAIN Batusangkar. Habis kuliah, dan tamat sarjana terdengar dia mendirikan lembaga pendidikan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Yayasan Rasyid Al-Faiz namanya. Dia pendiri sekaligus pengelola lembaga pendidikan itu. Banyak kegiatan lembaga itu, sejak dari TK hingga SMP IT selalu dipostingnya di media sosial facebook.

Asyiknya, kerja kuli bersama dan sendiri dia membangun sarana pesantrennya selalu di tayangkan di sosial media. Hebatnya, brosur penerimaan santri baru, dia tonjolkan foto Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, pendiri Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan.

Sepertinya, Amrizal ingin menyandingkan pesantren yang didirikannya di Pekanbaru dengan pesantren tempat dia lama menuntut ilmu tahun 1990 an itu.

Dan sepertinya lagi, dia ingin ada berkah guru dari setiap pemikiran dan pergerakan yang dilakukannya di perantauan.

Terakhir bersua dengan saya, saat HAUL Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah di Lubuk Pandan menjelang Pileg 2019. Dia sengaja datang dari jauh, dan sekalian menambah kemeriahan acara HAUL tersebut.

Amrizal termasuk salah seorang alumni Madrasatul 'Ulum yang mencemplungkan dirinya ke dunia pesantren setelah tamat mengaji. Perjuangannya mendirikan dan mengelola pesantren di Bumi Lancang Kuning itu lumayan hebat.

Tak banyak alumni pesantren ini yang setelah tamat aktif membangun dan mengelola pesantren. Hanya bisa dihitung dengan jari tangan.

Alumni yang tercatat mendirikan dan mengelola pesantren itu, mulai H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi di Lubuk Pua bersama H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa. Lalu Ja'far Tuanku Imam Mudo di Padang Magek, Tanah Datar.

Sebelumnya, ada Ustad Nazwar di Batagak dengan Pesantren Ainul Yaqin yang kemudian dilanjutkan oleh Asrizal Malin Sinaro. Dan Amrizal Tuanku Sumaniak, mungkin alumni angkatan 1990 an yang berani mengembangkan pendidikan pesantren modern.

Bersasis sekolah yang mengadopsi kurikulum Islam Terpadu ((IT). Ada TK hingga pendidikan SMP yang dikelola Yayasan Rasyid Al-Faiz yang didirikan Amrizal beberapa tahun yang lalu itu.

Di grup wa, Hanton menulis, bahwa sakit yang beliau rasakan asam lambung, sampai cuci darah. Baliau menjelang lebaran dirawat di RS Tentara Bukittinggi, setelah lebaran dipindahkan ke RS Ahmad Muktar juga di Bukittinggi.

Setelah beberapa hari dirawat, ustad yang meninggalkan seorang istri dan dua orang putra dan putri ini dibolehkan pulang ke rumah oleh dokter rumah sakit.

Namun, setelah itu Amrizal dibawa kembali ke RS Ahmad Muktar karena butuh perawatan yang lebih intensif.

Dari Bukittinggi, Amrizal sepertinya harus dibawa ke rumah sakit yang lebih hebat, karena sakitnya juga lumayan berat. Lalu dia diangkut ke RS M. Djamil Padang, Senin (14/6/2021).

Tulis Hanton, Allah SWT berkehendak, tadi Selasa, baliau dipanggil oleh Nya, kini jenazah beliau dalam perjalanan dari Padang menuju Baso Sungai Janiah, Kabupaten Agam.

Teruslah ke Surga kawan. Kami semua alumni dan keluarga besar Madrasatul 'Ulum mendoakan, semoga amal ibadah ustad di terima Allah SWT, dan keluarga tabah menerima cobaan ini. Amien.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun