Sepertinya, Amrizal ingin menyandingkan pesantren yang didirikannya di Pekanbaru dengan pesantren tempat dia lama menuntut ilmu tahun 1990 an itu.
Dan sepertinya lagi, dia ingin ada berkah guru dari setiap pemikiran dan pergerakan yang dilakukannya di perantauan.
Terakhir bersua dengan saya, saat HAUL Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah di Lubuk Pandan menjelang Pileg 2019. Dia sengaja datang dari jauh, dan sekalian menambah kemeriahan acara HAUL tersebut.
Amrizal termasuk salah seorang alumni Madrasatul 'Ulum yang mencemplungkan dirinya ke dunia pesantren setelah tamat mengaji. Perjuangannya mendirikan dan mengelola pesantren di Bumi Lancang Kuning itu lumayan hebat.
Tak banyak alumni pesantren ini yang setelah tamat aktif membangun dan mengelola pesantren. Hanya bisa dihitung dengan jari tangan.
Alumni yang tercatat mendirikan dan mengelola pesantren itu, mulai H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi di Lubuk Pua bersama H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa. Lalu Ja'far Tuanku Imam Mudo di Padang Magek, Tanah Datar.
Sebelumnya, ada Ustad Nazwar di Batagak dengan Pesantren Ainul Yaqin yang kemudian dilanjutkan oleh Asrizal Malin Sinaro. Dan Amrizal Tuanku Sumaniak, mungkin alumni angkatan 1990 an yang berani mengembangkan pendidikan pesantren modern.
Bersasis sekolah yang mengadopsi kurikulum Islam Terpadu ((IT). Ada TK hingga pendidikan SMP yang dikelola Yayasan Rasyid Al-Faiz yang didirikan Amrizal beberapa tahun yang lalu itu.
Di grup wa, Hanton menulis, bahwa sakit yang beliau rasakan asam lambung, sampai cuci darah. Baliau menjelang lebaran dirawat di RS Tentara Bukittinggi, setelah lebaran dipindahkan ke RS Ahmad Muktar juga di Bukittinggi.
Setelah beberapa hari dirawat, ustad yang meninggalkan seorang istri dan dua orang putra dan putri ini dibolehkan pulang ke rumah oleh dokter rumah sakit.
Namun, setelah itu Amrizal dibawa kembali ke RS Ahmad Muktar karena butuh perawatan yang lebih intensif.