Alam bawah sadar kita sangat kuat sekali. Dalam proyeksi kehidupan, alam bawah sadar ini merupakan sebuah gudang yang luas, yang menyimpan semua pengalaman hidup kita, citra diri kita. Perilaku, cara berpikir, dan cara merasa manusia adalah hasil proyeksi dari apa yang ada di alam bawah sadarnya. Misalkan, seorang anak dimasa kecilnya harus kehilangan kedua orang tuanya dan mengurus adiknya yang masih kecil. Maka di pikiran bawah sadarnya akan tersimpan ketakutan akan kehidupan kedepannya, hal tersebut akan membentuk dia menjadi seorang yang keras, protektif dan tidak bergantung kepada orang lain.Â
Atau misalnya seorang anak yang sudah ditinggalkan oleh sang ayah semenjak ia kecil, ia harus melihat sang ibu berjuang sendiri dan sebagai seorang anak ia juga berusaha untuk membantu sang ibu dan berusaha untuk tidak menyusahkan. Maka ia akan terbentuk menjadi seorang yang keras kepala, tidak mau meminta bantuan kepada orang lain, lebih cenderung untuk memutuskan sendiri dan cenderung tidak percaya dengan lelaki.
Seorang anak yang dari kecil sering dipukuli dan dibentak, di pikiran bawah sadarnya akan tersimpan ketidakpuasan dan rasa takut yang berlebih, ini akan mempengaruhi perilaku dan cara berpikir dan cara merasa dia di masa depan. Hal yang dapat terjadi, dia bisa saja menjadi orang yang minder, takut berlebihan, tidak mudah percaya orang, negatif thinking, kurang semangat juang, dan lain sebagainya. Namun bisa saja justru dengan semua ketidakpuasan itu di pikiran bawah sadarnya, ia malah menjadi orang yang sangat agresif, ia menjadi orang yang keras, pemarah, dan menyakiti orang lain juga.
Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana jika luka batin yang terjadi pada kita tersimpan di alam bawah sadar kita? jikalau kita mau memperhatikan orang-orang sekeliling kita, maka bagaimana dia saat ini adalah pengaruh bagaimana ia mampu memanajemen luka masa lalunya.
Kondisi inilah yang perlu kita mengerti, bagaimana kita tidak mengabaikan luka yang terjadi dalam diri kita. Sekecil apapun itu, hal itu perlu diselesaikan. Jangan beranggapan waktu akan menyembuhkan luka, teori ini adalah teori sesat yang akan membawa kita kedalam kehancuran hubungan dengan orang sekitar kita, ketidakpuasan dalam hidup dan hasrat untuk tetap mencari tanpa ada kata puas.
Mari mencaritahu, mengidentifikasi dan menyembuhkan luka, jikalau kita tidak mampu menyelesaikannya sendiri berarti kita butuh para professional. Tidak harus mencari psikolog. kita bisa berbicara dengan orang yang kita percaya yang bisa memberikan masukan positif. Keterbukaan adalah salah satu cara untuk menyembuhkan luka.
Semua orang pernah terluka, tapi perbedaan setiap orang adalah bagaimana ia mampu untuk menyelesaikannya dengan baik.
Mari mulai dari diri sendiri, dan keluarga kecil kita. Agar tidak ada generasi-generasi yang terluka yang akan melukai orang lain lagi. Agar tidak ada lagi generasi-genarasi penuh luka yang akan menghancurkan indahnya kehidupan kita. Agar tidak ada lagi generasi-generasi penuh luka yang tidak peduli akan hidup orang lain.
So, mari mulai mencaritahu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H