PSSI Yunus Nusi memberitahu bahwa keempat pesepak bola keturunan Indonesia akan segera dirampungkan berkasnya agar dapat secepat mungkin membela Timnas Indonesia. Keempat pemain tersebut yaitu Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers, dan Ragnar Oratmangoen.Â
Belum lama ini, Sekretaris JendralMereka berempat bermain di Eropa, Sandy Walsh yang saat ini bermain di liga utama Belgia bersama KV Mechelen, Jordi Amat juga bermain di liga utama Belgia bersama K.A.S Eupen, Mees Hilgers saat ini bermain bersama FC Twente di liga utama Belanda, dan Ragnar Oratmangoen juga bermain di liga utama Belanda bersama Go Ahead Eagles.
Timnas Indonesia sudah banyak melakukan naturalisasi pemain seperti, Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, Christian Gonzales, dll. Tetapi prestasi yang didapatkan Timnas Indonesia juga tidak kunjung mendapatkan hasil yang baik.Â
Terakhir berlaga di Piala AFF 2020, Timnas Indonesia kembali mendapatkan peringkat runner up, sehingga jika ditotalkan Timnas Indonesia sudah mendapatkan 6 kali runner up.
Namun Piala AFF lalu bukan menjadi target utama PSSI untuk menjadi juara. Timnas Indonesia menurunkan skuad mudanya bahkan menjadi skuad termuda dalam gelaran Piala AFF 2020 dengan rata-rata usia 23 tahun. Sementara musuh di final yaitu Thailand membawa skuad pemain dengan rata-rata usia 28 tahun. Jika kita lihat, pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong cukup merubah kultur budaya sepakbola Indonesia.Â
Salah satunya regenerasi pemain Timnas Indonesia yang diajarkan kultur budaya sepak bola bermain cepat bola pendek. Yang sampai saat ini diketahui banyak penikmat bola Indonesia, Timnas Indonesia selalu memperlihatkan permainan bola atas atau long ball.Â
Sebenarnya strategi itu dapat efektif bila sesekali digunakan. Tetapi jika sejak jalannya pertandingan bermain long ball, maka besar kemungkinan kita tidak akan menguasai pertandingan dan akan lebih banyak bertahan. Sedangakan pepatah lama mengatakan, bahwa "menyerang, adalah cara terbaik untuk bertahan".
Jika kita lihat dalam babak fase grup Piala AFF 2020, Shin Tae-yong selalu menggunakan formasi dan strategi yang berbeda di setiap pertandingannya. Hanya melawan Vietnam, Shin Tae-yong menggunakan formasi "parkir bus", sedangkan dipertandingan lainnya Timnas Indonesia dapat menguasai pertandingan dengan baik. Tetapi saat Indonesia berlaga melawan Thailand pada leg pertama, Shin Taeyong kembali menggunakan strategi "parkir bus".Â
Banyak sekali penonton dan pengamat bola rupanya agak kecewa dengan pemilihan strategi Shin Tae-yong di laga leg pertama kali ini. Terlebih hasil akhir pertandingan Indonesia kalah 4-0. Padahal jika kita menonton pertandingan semi final antara Vietnam dan Thailand, dapat terlihat bahwa Thailand tidak sekuat yang kita kira.
Thailand tidak banyak dapat melakukan penguasaan bola saat melawan Vietnam. Seharusnya Shin Tae-yong lebih berani menerapkan formasi menyerang dibandingkan bertahan saat melawan Thailand. Karena hal itu terbukti pada leg kedua final Piala AFF 2020.Â
Timas Indonesia menggunakan formasi menyerang dan berhasil menahan imbang Thailand dengan skor 2-2. Apabila Shin Taeyong menggunakan formasi menyerang pada leg pertama, ada kemungkinan Timnas Indonesia dapat mengimbangi permainan Thailand.