Tapi harus bisa melukis atau minimal menggambar? Enggak! Nggak harus menggambar dari nol, ambil saja desain kaleng bekasnya, dipadupadankan dengan tulisan atau apa pun yangingin dibikin. Peralatannya pasti banyak. Heizzzhh.. Siapa bilang? Cukup gunting kecil, cutter kecil, palu kecil, paku sedang, dan pulpen. Kang Opik dari PPLS menyediakan semua peralatannya. Pengunjung boleh ikut mencoba bikinlukisan kaleng dengan peralatan yang tersedia.
Selain membuat lukisan kaleng, pengunjung juga bisa berkreasi dengan botol bekas minuman yang kami kumpulkan. Kreasi yang paling banyak dibikin adalah tempat pensil dengan beragam model. Bahkan di aksi kedua beberapa hari lalu, Pendekar Wegi berhasil mendisplay produk tas cantik berbahan zak semen bekas dan gaun pesta subtitusi plastik. Tentu saja, bukan Wegi yang bikin. Melainkan kerjasama dengan Mitra Binaan PT Semen Indonesia dan Gerai Cantique.
Oya, aksi perdana Wegi disupport oleh PT Semen Padang, aksi kedua didukung oleh PT Semen Gresik dan Krakatau Steel. Goody bag dari kedua perusahaan itu membuat pengunjung makin semangat! :)
Meski aksi sederhana ini tak menarik ribuan pengunjung, malah ada yang langsung "lari"seperti penggalan kisah di awal. Tapi Wegi sudah berusaha sekuat tenaga mewujudkan goal-nya sebagai komunitas yang berkecimpung di bidang "greenindustry". Melalui #TrashFreeDay, Wegi ingin mengajak tak hanya masyarakat, tapi juga semua perusahaan untuk cinta lingkungan. Terkait masyarakat, jelas, Wegi secara langsung mengajak mereka memungut sampah yangberserakan di CFD dan membuat kreasi dari sampah itu. Untuk industri, bagaimana caranya?
Bagi industry yang sampah produknya bisa diolah, Wegi mengajak mereka untuk memberdayakan masyarakat/UKM agar menciptakan produk bernilai tambah dari sampah tersebut. Bagi industri yang sampah produknya tidak bisa diolah secara instan/kreatif(seperti batubara, besi, baja), Wegi mengajak mereka untuk memberdayakanmasyarakat dengan berkreasi apa pun menggunakan sampah yang ditemukan disekitar mereka.
Hasil kreasi di#TrashFreeDay itu, kami dokumentasikan dalam bentuk foto dan video. Selanjutnya diposting ke semua sosmed dan mention akun perusahaan yang memproduksi produk itu. Beberapa produk yang pernah ditemukan berserakan di Bundaran HI diantaranya botol minuman merk Aqua, minuman kaleng Cap Badak, susu kotak Ultra, dan Teh Kotak. Dengan cara ini Wegi mengajak para industry tersebut menyadari bahwa sampah produknya juga tanggung jawab perusahaan. Jangan hanya puas dengan angka penjualan, sedang sampahnya diabaikan.
Di balik semua itu,diam-diam aku mengamati. Diakui atau tidak, respon masyarakat Jakarta saat melihat aksi Wegi itu juga cermin bagaimana orang Indonesia menyikapi sampah. Yang "alergi" ada. Yang malu-malu kucing, ada. Yang antusias, banyak.Yang bilang "keren" juga beberapa. Yang sudah mau ikut berkreasi juga lumayan jumlahnya. Yang hanya melirik terus lewat begitu saja juga.. ratusan.:D
Namun, apalah arti semua upaya Wegi, jika pemerintah dan industry belum "mencurahkan cintanya" untuk "persampahan" di Indonesia? Selama ini pemerintah tahu persis kalau sampah masih jadi masalah, salah satunya penyebab banjir. Perusahaan/industry juga paham betul kalau banyak sampah produknya berserakan di mana-mana, dibuang sembarangan oleh konsumennya. Sayang, sejauh ini, apa aksi nyata pemerintah dan industry untuk mengatasi masalah sampah ini?
FYI, bersamaan dengan aksi Wegi, Kementrian BUMN juga mengadakan event jalan sehat yang rutenya melewati Bundaran HI. Sayangnya, tak satupun para pejabat BUMN itu ikut nimbrung aksi Wegi. Mungkin, dimata mereka lebih mementingkan setor muka ke Bu Menteri dari pada datang ke acara Wegi". Mungkin..