Saya? Wah. Jangan ditanya. Pastilah kepingin banget ikut. Tapi ciut duluan saat lihat live tweet bejibun tiap hari di timeline @komunitaswegi (terlebih waktu dan pikiran saya yg harus beradu dengan dosen skripsi).
Hal yang membuat saya penasaran dan sangat ingin ditanyakan kepada para peserta itu, meski entah ada yang bakal jawab atau tidak, mengapa mereka tertarik ikut kompetisi #wegreenindustry? Kok bisa postingan tentang Semen Padang isinya good news semua, sanjungan, pujian, dll. Padahal Semen Padang pernah berkasus juga, lho. Pemberitaan proses penyelesaian kasus itu juga terhitung lama, tapi tidak seheboh Semen Rembang.
Ini yang paling mendesak otak untuk melontarkan gugatan: benarkah peserta ikut kompetisi itu karena murni cinta lingkungan? Benar-benar ingin membuktikan se-green apa sih Semen Padang? Atau.. Ada alasan lain?
Ingat, Guys! Tulisan untuk lomba itu bisa dibeli. Ribuan Tweet bisa pakai buzzer. Bahan postingan gampang searching di mana-mana. Tapi “menulis dengan hati” itu tidak bisa membohongi dan sulit sekali dideteksi ketika dihadapkan dengan parameter penilaian kontes. (Ehem, juri kontes jangan sampai terjebak kefanaan dunia, #eh)
Kalau memang niat peserta murni semurni cintanya WEGI, kemanakah Anda saat Semen Indonesia Grup digempur massa gegara kasus Semen Rembang? Padahal saat itu pabrik baru mau dibangun. Belum beroperasi sama sekali. Belum ada bukti kalau Semen Rembang menghancurkan lingkungan dan alam di sekitar pabrik. Belum ada wujud profit apa pun dari perusahaan “tertuduh” itu.
Tapi gugatan pihak kontra.. luarrr biasa kencangnya! Seakan-akan dunia kiamat gegara pabrik semen dibangun di sana. Padahal jelas-jelas penambangan liar merebak puluhan tahun di kota itu. Liar lho, ya. Itu fakta. Ironis kan? --
Track Partisipasi Peserta
Berdasar data peserta lomba #wegreenindustry WEGI Goes To Padang, memang tidak semuanya new-be. Beberapa diantaranya ada “wajah lama”. Diakui, mereka getol dan berani berada di garda depan sejak agenda WEGI 1. Sayangnya, dari program WEGI 1-4 yang berturut-turut diikuti oleh 160, 70, 140, dan 60 peserta itu, (penerawangan saya) tidak lebih dari 5 orang yang kali ini ikut kompetisi #wegreenindustry. Kemana 425 peserta lainnya? Mereka sengaja bungkam atau terbungkam oleh keacuhan?
It’s fine. Asal mereka tidak merasa hanya sebagai “tim hore” belaka di acara yang super duper penuh kucuran keringat "darah" itu. Jika itu terjadi, celakalah semua kerja keras panitia dan semua pihak yang membantu terselenggaranya acara. Karena harapan terbesar WEGI setelah mengajak publik mengorek “jeroan” industri itu hanya satu. Ialah agar setelah mereka membuktikan sendiri fakta yang ada di lapangan, mereka bisa menyebarkan kebenaran itu kepada orang lain. Melalui apa pun.
Sayangnya, harapan tinggal harapan.
Maka jangan heran jika nanti nama pemenang #wegreenindustry competition yang muncul justru banyak yg belum pernah ikut WEGI. Bahkan tidak menutup kemungkinan ia bukan aktivis lingkungan. Lha gimana member WEGI mau menang kalau nggak ikut lomba? Cuma lewat jalur lomba saja pintu terbuka untuk ikut WEGI Goes To Padang. :p (CMIIW) --
Cinta yang Tergadaikan
Ssst.. Ada fenomena baru yang saya pelajari dari kenjomplangan* ini. Terlepas dari minimnya nyali kaum minoritas tadi, entah kenapa saya merasa sebagian blogger, netizen, dan (yang mengaku) cinta lingkungan hari ini sudah terinfeksi virus lebay, manja, dan money oriented. Bahkan tak sedikit yang “tikung menikung” demi rebutan aliran job. Tak sedikit yang terkotak-kotak dan melahirkan dualisme kubu. Banyak juga diantara mereka yang akhirnya menyecap “manisnya hasil perjuangan pihak lain” untuk kepentingan pribadi. Hingga menggadaikan harga diri atas nama… (sila diisi sendiri).