Mohon tunggu...
Damae Wardani
Damae Wardani Mohon Tunggu... broadcaster, MC -

"Write to look for the meaning of life." Tinggal di http://jalandamai.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Polemik Rembang: Pergulatan Tingkat Dewa

15 April 2015   16:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14290895691419593480
14290895691419593480
Kajian-kajian diatas berlangsung non formal, lewat perdebatan-perdebatan di dumay yang tersebar secara viral. Yang resmi dan tidak banyak kita ketahui adalah di ruang sidang saat saksi-saksi ahli dihadirkan. Menurut kawan yang rutin menghadiri, suasana sidang seperti kuliah. Baik pro dan kontra bisa saling mengetahui dan memahami alasan masing-masing. Tentang kajian amdal, geologi, sosial, ekonomi, RT/RW, dan lain sebagainya.

"Tapi sayang, sempat terjadi suasana gaduh dan riuh dari nyanyian ibu-ibu kontra. Sangat menggangu konsentrasi." keluh seorang kawan yang berada di lokasi.

(hmm..Di sosmed malah beredar pihak kontra memfitnah bahwa hakim dibayar. Benar-benar rusak tatanan negeri ini)

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/04/13/nmr530-adnan-buyung-prihatin-atas-intimidasi-ke-lembaga-peradilan-gugatan-semen-indonesia

KESEIMBANGAN ALAM JANGAN NAFIKAN KESEIMBANGAN ILMU

Keriuhan nyanyian ibu-ibu dan teriakan para demonstran di luar gedung sebenarnya tak hanya melecehkan peradilan, tapi menafikkan disiplin ilmu yang diangkat masing-masing peserta sidang. Selain ekternal, ego yang dibawa juga merusak ilmu itu sendiri, terutama pendukung saksi ahli yang sering menyuarakan pikirannya di sosial media.

Ini yang sangat disayangkan. Merasa benar dengan apa yang telah diterima, misal sekelompok orang, sampai demo ke Istana, menagih janji Jokowi tentang ketahanan pangan yang endingnya memaksa agar Pabrik Rembang digagalkan ijinnya. Padahal yang demikian bertentangan dengan konsep NAWACITAnya Presiden Jokowi sendiri tentang percepatan pembangunan (infrastruktur). Apa ga kram otak kepala negara kita. Ditekan sana-sini.

Alasan utama pihak KONTRA seringkali soal keseimbangan ekologis yang disertai penolakan terhadap argumen ilmu-ilmu industri dan teknologi. Ini yang saya maksud dengan ego orang berilmu. Yang lain dianggap tidak diperlukan, tidak laku, sampai-sampai dianggap merusak. (baca tuntutan yang ingin mencabut IUP di atas).

14290903652020408875
14290903652020408875
Padahal segala sesuatu kalau disandingkan bisa berjalan tanpa saling 'membunuh'. Semua punya maqom sendiri-sendiri sebagaimana rejeki. Saya pernah bertanya ke praktisi industri tambang: "Pak, bahan baku semen kan kapur dan tanah liat. Apakah tetap didirikan pabrik kalau disitu hanya terdapat kapur saja atau tanah liat saja."

"Tidak mungkin mbak, setiap ada kapur di dekat situ, entah seratus meter atau sekilo, selalu terdapat tanah liat. Tuhan seakan menciptakan kapur selalu berpasangan dengan tanah liat. Tak akan berpisah jauh. Ini seperti rahasia Illahi."

Kata bapak itu, seakan menyiratkan bahwa pembuatan semen itu tak lepas dari ketentuan Tuhan. Wallahu alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun