Mohon tunggu...
Dalvin ahmad Farezi
Dalvin ahmad Farezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hi, saya Dalvin Ahmad Farezi, seorang mahasiswa yang gemar mengeksplorasi dunia melalui hobi dan ketertarikan saya. Meskipun saya hobi bermain voli dan game, saya bukan seorang ahli di keduanya, tetapi saya selalu menikmati prosesnya. Bagi saya, keseruan bukan tentang menjadi yang terbaik, melainkan tentang terus mencoba dan belajar. Selain itu, saya juga tertarik untuk menulis tentang isu-isu sosial dan budaya, terutama yang dekat dengan tradisi lokal. Salah satu tulisan saya yang berjudul "Kenduri Sko di Desa Jujun: Cerminan Persatuan Indonesia dalam Tradisi Lokal" merupakan refleksi dari minat saya untuk menggali lebih dalam nilai-nilai kearifan lokal dan kaitannya dengan Pancasila. Melalui tulisan tersebut, saya berharap dapat menginspirasi masyarakat untuk melestarikan tradisi sekaligus memaknai nilai-nilai luhur bangsa. Saya percaya bahwa menulis adalah cara untuk berbagi ide dan pemikiran yang dapat memengaruhi pembaca. Selain itu, menulis juga menjadi sarana untuk memperkuat pemahaman saya tentang budaya dan membangun kesadaran kolektif akan pentingnya persatuan di tengah keberagaman. Saya senang bisa berbagi perjalanan ini, dan semoga cerita saya menginspirasi Anda untuk merangkai kisah Anda sendiri. Terima Kasih :) #Dalvin Ahmad Farezi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tradisi Kenduri Sko di Desa Jujun : Cerminan Sila ke 3 dalam Tradisi Lokal

20 Desember 2024   23:15 Diperbarui: 20 Desember 2024   23:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenduri Sko merupakan salah satu tradisi adat yang masih dilestarikan di Desa Jujun, Kerinci. Acara ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga sebagai wujud nyata penerapan nilai-nilai Sila Ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia. Tradisi ini diadakan setiap tahun secara bergilir oleh lima desa yang ada di Jujun, yaiut desa dusun baru jujun ,pasar jujun,koto baru,koto agung dan talang lindung yang diamana menunjukkan semangat gotong royong dan kebersamaan di tengah keberagaman budaya setempat.

Keunikan Kenduri Sko terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan seminggu sebelum acara puncak. Masyarakat desa sibuk mempersiapkan berbagai agenda seperti pertunjukan drama adat yang melibatkan depati-depati dari masing-masing kelompok, lomba olahraga antar-depati seperti sepak bola dan bola voli, serta tampilan tarian tradisional. Salah satu ciri khas yang menandai dimulainya Kenduri Sko adalah tradisi karanmentang, sebuah prosesi yang menjadi simbol bahwa desa tersebut siap melaksanakan acara besar ini. Puncak acara biasanya diadakan pada hari Minggu, sementara pada hari Sabtu masyarakat secara serentak memasak lemang sebagai sajian khas untuk menyambut tamu yang datang ke rumah-rumah mereka. Dalam kegiatan ini, masyarakat dari lima desa di Jujun, meskipun berasal dari desa yang berbeda-beda namun memiliki depati yang sama, tetap bersatu dan saling bekerja sama. Hal ini memperlihatkan harmoni dan semangat kebersamaan yang mencerminkan esensi Sila Ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.

Meskipun memiliki makna yang begitu mendalam, tradisi Kenduri Sko juga menghadapi berbagai tantangan dalam pelaksanaannya. Modernisasi dan globalisasi mulai menggerus minat generasi muda terhadap adat dan budaya lokal. Sebagian besar anak muda lebih memilih menghabiskan waktu dengan aktivitas modern yang cenderung individualistis. Selain itu, perbedaan depati, meskipun menjadi kekayaan budaya, kadang menimbulkan potensi konflik kecil jika tidak dikelola dengan baik. Tantangan lainnya adalah keberlanjutan tradisi ini, mengingat regenerasi pelaku tradisi seperti para sesepuh desa menjadi hal yang mendesak untuk diperhatikan.

Untuk menjaga Kenduri Sko tetap relevan dan menjadi simbol persatuan, berbagai langkah strategis perlu diambil. Generasi muda harus diberikan ruang untuk terlibat aktif, misalnya dengan mengorganisasi kegiatan seni dan olahraga. Selain itu, teknologi seperti media sosial bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan Kenduri Sko agar dikenal lebih luas, sehingga menumbuhkan kebanggaan masyarakat terhadap budaya lokal. Nilai-nilai yang terkandung dalam Kenduri Sko juga dapat diajarkan dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah, agar generasi muda lebih memahami pentingnya tradisi ini. Yang terpenting, kesadaran kolektif masyarakat perlu dibangun, bahwa Kenduri Sko adalah milik bersama yang harus dijaga demi keberlangsungan persatuan di tengah keberagaman.

Kenduri Sko bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga menjadi perwujudan nyata dari nilai-nilai luhur Pancasila. Tradisi ini mengajarkan bahwa persatuan adalah kunci kekuatan bangsa, yang harus tetap dijaga meskipun dihadapkan pada perubahan zaman. Dengan melestarikan tradisi seperti Kenduri Sko, masyarakat tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas bangsa yang berakar kuat pada nilai-nilai Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun