Mohon tunggu...
Dalila DesiFitriani
Dalila DesiFitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan Akuntansi di salah satu PTN daerah Jakarta. Hobi saya adalah membaca buku baik buku fisik maupun e-book.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ancaman Resesi Ekonomi 2023, Apa Itu?

6 Oktober 2022   21:45 Diperbarui: 7 Oktober 2022   18:24 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023, Apa itu?

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, memprediksi ekonomi global akan berada di ambang resesi pada 2023. Sri Mulyani mengatakan, resesi tersebut disebabkan oleh tingginya inflasi akibat kenaikan harga pangan dan energi di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Inflasi yang tinggi telah memicu bank sentral di negara maju untuk menaikkan suku bunga dan memperketat likuiditas.

Hal ini sejalan dengan tren kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan sebagian besar bank sentral dunia secara bersamaan. Risiko ini juga telah disorot oleh banyak lembaga global, dari Bank Dunia hingga Dana Moneter Internasional (IMF). Kekhawatiran akan resesi semakin meningkat ketika Bank Dunia dan lembaga-lembaga lain merilis perkiraan pesimistis prospek perekonomian global tahun 2023. Kebijakan ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan, negara berkembang pun akan terkena dampaknya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti). Arti lainnya dari resesi adalah menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).

Definisi resesi yang paling umum adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut. Namun, The National Bureau of Economic Research sendiri tidak mendefinisikan resesi seperti itu, melainkan sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan. Resesi jelas bukan situasi yang menguntungkan bagi perekonomian. Hampir semua jenis bisnis baik besar maupun kecil akan terpengaruh ketika terjadi resesi.

Apa saja tanda dan penyebab terjadinya resesi?
Resesi ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. Penyebab resesi terkait dengan bisnis dan teknologi yang saling terkait. Penyebab resesi ekonomi antara lain :

1. Inflasi
Penyebab dari resesi adalah inflasi. Pada tahun 2020, dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, namun resesi saat ini disebabkan oleh inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga komoditas energi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Inflasi diartikan sebagai kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.


2.Tingginya suku bunga acuan
Ketika inflasi naik, bank sentral akan menaikkan suku bunga. Masalahnya, kedua hal tersebut diperparah oleh lemahnya daya beli sehingga menyebabkan resesi.
Suku bunga tinggi membantu melindungi nilai mata uang, tetapi mereka membebani debitur sehingga menyebabkan kredit macet. Jika ini terjadi dalam skala besar, perbankan bisa kolaps.


3. Guncangan Ekonomi
Guncangan ekonomi yang tiba-tiba seperti pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab resesi ekonomi. Hal ini ditandai dengan lemahnya daya beli akibat kesulitan keuangan.
Selain resesi, guncangan ekonomi juga dapat menyebabkan masalah ekonomi yang serius seperti hutang yang menumpuk. Banyaknya hutang meningkatkan biaya pembayaran ke titik di mana mereka tidak bisa lagi melunasi.

Apa saja dampak resesi ekonomi?
Resesi ekonomi jelas tidak diharapkan. Resesi tidak hanya mempengaruhi kehidupan pemerintah, tetapi juga kehidupan perusahaan dan pribadi.
Efek pertama resesi ekonomi adalah terjadinya perlambatan ekonomi yang menurunkan kapasitas produksi sektor riil. Situasi tersebut dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK), menyebabkan beberapa usaha tutup dan tidak dapat beroperasi.

Selain itu, resesi ekonomi negara juga melemahkan kinerja investasi. Investor cenderung menginvestasikan uangnya dalam bentuk investasi yang aman. Bagaimanapun, efek resesi yang paling luas adalah penurunan daya beli masyarakat. Alasannya adalah bahwa orang menjadi lebih selektif tentang bagaimana mereka membelanjakan uang.

Lalu bagaimana kondisi perekonomian Indonesia ditengah ancaman resesi?


Seperti dilansir Antara, Indonesia menempati urutan ke-14 dari 15 negara Asia yang berpeluang mengalami resesi ekonomi. Riset menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang 3% untuk mengalami resesi. Sri Lanka menempati urutan pertama, dengan kemungkinan 85% resesi.

Sri Mulyani mengatakan kinerja sektor eksternal Indonesia sangat baik, didukung oleh neraca perdagangan yang tetap surplus serta mencatatkan  ekspor dan impor pada Agustus 2022. Aktivitas manufaktur Indonesia juga terus pulih seiring dengan meredanya tekanan inflasi di bulan Agustus. 

Konsumsi listrik terus meningkat, menunjukkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang terus berlanjut. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga masih tumbuh dengan baik.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan semakin meningkat pada tahun 2022, sejalan dengan prakiraan dari organisasi internasional besar seperti ADB 5,4%, IMF 5,3%, Bloomberg 5,2% dan Bank Dunia 5,1%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua yang cukup tinggi sampai kuartal ketiga juga masih menunjukkan aktivitas yang masih kuat. Perekonomian Indonesia diperkirakan mencapai 5,6-6% pada kuartal ketiga tahun 2022. Kinerja ini jauh lebih tinggi dibandingkan posisi pada dua kuartal sebelumnya.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia, indikator ekonomi Indonesia seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, transaksi berjalan, neraca pembayaran Indonesia (NPI), hingga ekspor impor masih sangat baik. Namun, nilai tukar terus melemah dan menunjukkan kinerja yang buruk.

Apa saja cara untuk mengatasi resesi ekonomi?

1. Melalui strategi kebijakan pemulihan nasional
Pemerintah melakukan pemulihan ekonomi nasional dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter yang komprehensif.
2. Meningkatkan konsumsi dalam negeri, semakin banyak konsumsi maka perekonomian akan terus berjalan. Konsumsi sangatlah terkait dengan daya beli masyarakat.
3. Pemberian insentif/stimulus kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan korporasi. 

Ditengah ancaman resesi ekonomi global ini, marilah kita sebagai masyarakat Indonesia turut mendukung adanya upaya pemulihan ekonomi negeri ini. Walaupun ancaman resesi ekonomi di Indonesia rendah, kita tetap harus mengantisipasi setiap keadaan yang mungkin terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun