Mungkin, jika kita membahas sedikit tentang perkorupsian di Indonesia kita bisa menilik jauh sebelum adanya negara ini pun kasus korupsi sudah menjadi budaya.
Pada masa VOC berkuasa, penyebab runtuhnya lembaga ini ialah karena anggotanya banyak yang menyelewengkan kas lembaga ini untuk berpindah menjadi uang sendiri. Pada akhirnya, kas voc jebol dan voc tidak mampu membayar utang negara dan akhirnya voc pun bubar.
Lalu masuk ke periode kerajaan-kerajaan yang menguasai nusantara, dimana pada masa ini masing-masing kerajaan berebut kekuasaaan yang di dorong oleh motif kekuasaan, kekayaan, dan wanita. Jadi sudah dari zaman dahulu ternyata simbol "harta-tahta-wanita" diagung agungkan oleh budaya kita.
Dalam karyanya yang berjudul "History Of Java", Thomas Stanford Raffles menggambarkan bahwa penduduk jawa memiliki sifat yang "nrimo" atau pasrah terhadap keadaan. Akan tetapi, di sisi lain masih terdapat keinginan untuk dihargai oleh orang lain. Hal yang menarik pula yang disampaikan Raffles ialah terdapat bangsawan yang senang memupuk hartanya, dan senang memelihara abdi dalam dan pada umumnya sifat abdi dalam ini ingin diberikan perhatian oleh sang majikannya. Akibat dari sikap bangsawan yang begitu perhatian dengan abdi dalamnya, sifat abdi dalam menjadi oportunis dan suka nyari perhatian. Istilah kerennya sekarang ya "caper".
Mungkin apa yang kita lihat sekarang sama seperti kelakuan raja pada zaman dahulu. Raja inginnya dihormati, disanjung, dan tidak terima kritikan yang tertuju kepada dirinya. Persis, dengan banyak pemimpin di negara kita saat ini, ingin dihormati, ingin dihargai, dan jika di kritik sedikit si pengkritik bisa masuk bui.
Dalam lingkaran ekonomi, mungkin istilah oligark sudah dipakai dari zaman dahulu tetapi pemeran utamanya berbeda. Pada zaman kerajaan dahulu, pemeran utamanya ialah raja-bangsawan-abdi dalam yang bermain di lingkaran oligarki ini. Mereka memainkan cara-cara yang culas untuk mengelabui rakyatnya. Rakyat dibiarkan tetap miskin, tertindas, dan tertutup apalagi disokong oleh budaya Jawa yang kebanyakan "nrimo" makin-makin sajalah tingkah laku para oligark zaman dulu.
Budaya-budaya korupsi yang sudah tertanam oleh para bangsawan dan para raja mungkin masih turun temurun sampai ke pejabat negara saat ini. Kasus terbaru KPK menangkap tangan Menteri Sosial Julian S. Batubara yang menjadi terdakwa atas kasus korupsi Bantuan Sosial akibat pandemi corona ini.
Jika sedikit memberikan tanggapan atas kasus korupsi bansos ini, saya sebagai warga negara yang masih waras hanya bisa "geleng-geleng" dengan kelakuan pejabat ini. Masa rakyat sedang berjuang melawan keadaan ekonomi yang genting dan berjuang melawan keganasan virus corona yang makin lama makin banyak kasusnya ini malah pejabat negara diam-diam nyolong uang rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H