Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pepes Hoaks Emak-Emak Pendukung Prabowo

26 Februari 2019   05:00 Diperbarui: 26 Februari 2019   06:11 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap Layar Twitter Fadli Zon

Pertama kali membaca kata pepes dikaitkan dengan pengungkapan kasus video kampanye hitam door to door yang dilakukan emak-emak, saya sama sekali tidak ngeh. Aneh saja pepes kok dihubungkan dengan video kampanye hitam. Biasanya pepes itu berhubungan dengan makanan. 

Pepes itu lauk yang dikemas dengan daun pisang, berbumbu bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, cabai, kunyit, daun jeruk purut, blimbing wuluh, garam, dan sedikit gula, ditaburi daun kemangi. Isiannya umumnya ikan sehingga ada pepes ikan mas, pepes ikan patin, dan pepes yang enak-enak lainnya. Kemasan daun pisang berisi ikan berbumbu tadi lantas dikukus dan dipanggang.

Lha ini kok pepes hoax. Apa hubungannya? Di mana enaknya? Hoax kok dipepes. Karena penasaran, akhirnya saya gogling berita dan menemukan berita berjudul "Fadli Zon Jadi Penasihat 'Pepes', Apa Itu?". [1]  Oh rupanya ini pepes berhubungan dengan Fadli Zon. Waketum Partai Gerindra itu memang hebat. Pepes saja diberi nasihat.

Setelah baca berita itulah saya jadi paham mengapa pepes bisa berhubungan dengan kampanye hitam dan berita hoax. Rupanya pepes itu singkatan dari Partai Emak-emak Pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dalam penelusuran selanjutnya, saya juga melihat foto Fadli Zon mejeng bersama emak-emak Pepes di ruang kerjanya di DPR.

Namun, jangan terburu nafsu untuk mengaitkan Fadli Zon dengan peredaran video kampanye hitam yang dilakukan anggota Pepes itu. Jangan dulu, itu tidak elok. Karena sampai saat ini belum ada sebuah pernyataan pun baik dari petugas kepolisian maupun emak-emak yang ditangkap Minggu tengah malam kemarin, yang menyatakan mereka  melakukan aksi kampanye hitam yang direkam dan jadi viral itu atas nasihat Fadli Zon.

Jadi begini ceritanya. Dalam sebuah video yang viral, ada emak-emak melakukan kampanye door to door. Mereka berbicara dalam bahasa Sunda, menyatakan kalau Jokowi sampai menang pilpres maka, 

"Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awewe jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin," atau dalam Bahasa Indonesia berarti "suara azan di masjid akan dilarang, tidak akan ada lagi yang memakai hijab. Perempuan sama perempuan boleh kawin, laki-laki sama laki-laki boleh kawin".

Jelas itu kampanye hitam karena apa yang dikatakan itu sebuah fitnah dan buat resah. Masyarakat Jawa Barat yang religius tentu tidak ingin terjadi azan sampai dilarang dan perkawinan sejenis diizinkan. Entah mahluk apa yang membisiki para emak itu sehingga sampai berani melakukan kampanye hitam semacam itu, door to door dan direkam lagi.

Tentu saja video itu cepat menjadi viral dan mendapatkan banyak kecaman. Tidak hanya para netizen namun Cawapres KH Ma'ruf Amin pun ikut bicara. TKN Jokowi menyerukan pengusutan keberadaan para emak itu, walaupun para netizen lebih dahulu bergerak dan menemukan identitas pengunggah dan emak-emak di Karawang yang ternyata anggota Pepes.

Tangkap Layar Twitter Fadli Zon
Tangkap Layar Twitter Fadli Zon
Kini tiga emak tersangka pelaku kampanye hitam itu ditangani Polda Jabar setelah ditangkap petugas Polres Karawang Minggu tengah malam di rumahnya. Kita harus bersabar menunggu tuntasnya pengusutan polisi untuk mengetahui kasus lebih lengkap.

Meskipun begitu, tertangkapnya tiga emak-emak yang ternyata anggota Pepes di mana Fadli Zon jadi penasihatnya sungguh menarik perhatian. Peristiwa ini seolah menambah kecurigaan selama ini bahwa kampanye hoax memang dilakukan secara sistematis dan masif. Terlebih lagi, BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam menyikapi penangkapan ketiga anggota Pepes terkesan berubah-ubah.

Awalnya, Juru bicara BPN, Ferdinand Hutahaean mengatakan para emak-emak itu tergabung dalam relawan Pepes. "Mereka itu dari relawan Pepes. Saya tidak tahu kepanjangannya apa. Tapi mereka memang dari Pepes. Mereka sudah dapat sertifikasi dari BPN," katanya. [2]

Ferdinand membela ketiga ibu itu bahwa yang mereka sampaikan itu sebuah prasangka dari apa yang mereka rasakan dan duga akan terjadi. Dia menolak kalau kampanye para emak di Karawang itu disebut kampanye hitam. Sebuah pembelaan yang terasa janggal.

Pernyataan Ferdinand itu rupanya agak berbeda dengan pernyataan Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade. Meskipun membenarkan relawan Pepes bagian dari relawan Prabowo-Sandi, dia menyebut masih harus ditelusuri benar tidaknya ketiga emak yang melakukan kampanye hitam itu anggota Pepes. "Apakah emak-emak itu bagian dari Pepes? Sejak kapan masuknya, atau hanya ngaku-ngaku," katanya. [3]

Jika mengacu pada jejak digital yang ditinggalkannya, para emak itu jelas anggota Pepes. Dari sini, pernyataan  Andre terasa agak aneh saja. Boleh saja ada upaya untuk meneliti kembali keanggotaan para emak itu di Pepes. Namun, orang juga boleh menjadi curiga bahwa BPN akan melakukan penyangkalan setelah itu. 

BPN Prabowo-Sandi sendiri sudah menyatakan bahwa kampanye yang dilakukan Pepes adalah mensosialisasikan program unggulan Prabowo-Sandi. Organisasi relawan ini sudah mulai bekerja sejak Oktober. Mereka melakukannya dengan cara datang ke rumah-rumah warga.

Sah jika BPN mengeluarkan pernyataan semacam itu. Karena jelas mereka tidak ingin terimbas dengan kasus  kampanye hitam yang melibatkan para emak itu. Namun, fakta di lapangan tidak bisa dipungkiri bahwa ada anggota Pepes melakukan kampanye hitam seperti itu. Tentunya, hal ini akan menimbulkan tanda tanya, sudah berapa rumah warga yang didatangi dan memperoleh kampanye hitam model ini.

Saya jadi teringat pujian Prabowo Subianto kepada Zulkifli Hasan ketua umum PAN itu saat Workshop Nasional Caleg PAN, September lalu, tentang strategi menurunkan Ahok dengan langsung mendatangi RT-RT. Mungkin  saya salah, tapi pemahaman saya menangkap hal itu bukan sekedar mendatang RT namun apa yang disampaikan ke para RT yang lebih  penting. Dan,  kita masih bisa mengingat bagaimana jalannya Pilkada DKI Jakarta yang lalu, setelah kunjungan ke RT-RT itu.

Kini, Prabowo untuk meraih dukungan dari kalangan santri, juga rajin mengunjungi para kiai di pesantren-pesantren. Entah itu dengan alasan diundang atau tidak, apa yang dibicarakan dan dilakukan dalam kunjungan itulah yang lebih penting. Kiai dan pesantren adalah lumbung suara di Kalimantan NU. 

Jadi, kampanye door to door yang dilakukan Pepes bukan hal yang baru dan perlu dipermasalahkan. Itu hanya bentuk pengulangan. Kubu pasangan Jokowi-Ma'ruf juga melakukan hal serupa.

Yang jadi persoalan adalah apa yang disampaikan saat datang ke rumah-rumah warga itu. Jika yang dilakukan adalah seperti yang terungkap di video itu, tentu itu hal yang sangat meresahkan dan bisa menimbulkan konflik di masyarakat.

Tercantumnya nama Fadli Zon sebagai penasihat Pepes diakui atau tidak, bisa memunculkan prasangka negatif, mengingat berbagai pernyataan dan serangan Fadli Zon terhadap Jokowi dan jajarannya selama ini. Fadli Zon juga pernah bust video potong bebek angsa yang secara kasar menyerang lawan politiknya sebagai komunis itu.

Jadi benarkah tiga emak itu melakukan kampanye hitam itu atas inisiatif sendiri tanpa ada arahan atau pengaruh pihak lain? Marilah kita tunggu hasil kerja polisi dengan kepala dingin. Tidak perlu berharap terlampau banyak.

Kalau masih kepo dan terkagum-kagum dengan kedahsyatan dan kenekatan emak-emak dalam mendukung jagoannya itu, ada Informasi Nenek Ratna Sarumpaet kasusnya segera disidangkan Kamis besok.  Dan, pastinya ada yang hatinya akan ketar-ketir dan dag dig dug kalau kasus itu dibuka di pengadilan. Bukankah sampai sekarang, Ratna Sarumpaet masih jadi tersangka tunggal padahal pemeran kasus itu jelas tidak tunggal.

Jadi mari ditunggu saja dengan kepala tetap dingin. Namun, kewaspadaan menghadapi kampanye hitam dengan mengangkat isu SARA harus tetap tinggi. Mari jadikan pilpres dan pemilu April nanti sebagai pesta demokrasi yang damai dan bermartabat.

Salam damai nan indah

Salam waras juga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun