Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andai Susi Pudjiastuti Cawapresnya Jokowi

27 Februari 2018   12:38 Diperbarui: 27 Februari 2018   12:43 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari rmolsumsel.com

Saya tidak sedang bicara survei pilpres. Itu urusan lembaga survei dan konsumennya. Saya sedang bicara sosok wanita yang pas, yang cocok, yang smart, yang gagah berani, yang cerdik sekaligus agak urakan, yang pantas mendampingi Jokowi dalam pemilihan presiden (pilpres) Tahun 2019 nanti. 

Ya, saya sedang bicara tentang Susi Pudjiastuti  menteri KKP  yang aduhai itu. Tentu saja, saya telah dengan mantab hati mengabaikan pernyataan Fadli Zon yang mulia wakil ketua DPR yang kemarin  telah memberikan penilaiannya. Saya abaikan karena selama ini terkesan, di mata dan pikiran Fadli Zon yang baik, benar, berprestasi, dan pantas dipuji itu ya hanya dirinya sendiri, kelompoknya, dan tentu saja boss-nya, Prabowo Subianto.

Saya juga dengan mantab hati mengabaikan suara para makelar yang suka nengkritik dan menggelar demo, agar cantrang yang merusak itu tetap diizinkan, agar kapal pencuri ikan tidak ditenggelamkan, agar kapal asing boleh beli dan angkut ikan di tengah laut. Para makelar ini jelas perlu diabaikan walaupun modalnya triliunan dan bahkan menawar jabatan menteri KKP yang dipegang Susi senilai Rp 5 triliun.

Jokowi yang berlatar belakang pengusaha dikenal sebagai pekerja keras dengan motonya kerja...kerja...kerja. Pendampingnya tentu harus seia sekata dengan semangat kerja...kerja...kerja tadi. Ia jelas tidak boleh klemak-klemek seperti putri atau priyantun agung. Nah, jelas Susi Pudjiastuti juga sudah menunjukkan dia sebagai sosok yang kerja...kerja...kerja dan tidak klemak-klemek, tapi juga gak perlu pakai aksi moshing segala.

Jokowi itu hitungannya cepat, sederhana, dan langsung action dalam mengambil kebijakan dengan pertimbangan utama kepentingan publik. Pendampingnya tentu harus seperti itu, tidak mbulet, ruwet apalagi nyrimpeti dari belakang. Nah, Susi Pudjiastuti juga memenuhi persyaratan ini. Sebagai pengusaha dia paham sekali pengambilan keputusan seperti itu. Dan yang pasti dia tidak mbulet, ruwet, dan nyrimpeti dari belakang.

Jokowi itu pribadi yang smart dan gagah berani, tak surut digertak, tetap maju walau dihadang. Contoh yang paling jelas melok-melok di mata itu soal Freeport, pembubaran Petral, kebijakan Laut Natuna. Yang lain, pemotongan subsidi BBM, penuntasan proyek infrastruktur yang mangkrak-mangkrak, pemangkasan perizinan dan birokrasi yang mbulet dan buat pusing.

Apakah Susi juga bisa mengimbanginya? Jelas bisa. Lihat saja bagaimana Susi yang tak surut menegakkan kedaulatan negara di laut kita yang sekian lama jadi bancakan nelayan negara lain. Lihat saja Susi yang tak surut walau yang dihadapinya termasuk seorang JK atau juga Luhut. Itu belum kekuatan mafia perikanan internasional yang bercokol kokoh di negeri ini. Susi pantang surut, maju terus tenggelamkan kapal maling ikan. 

Susi jelas smart. Dua perguruan tinggi, Undip dan ITS telah menganugerahi gelar doktor honoris causa. Sebuah penghormatan yang luar biasa atas capaian dan kebijakannya dalam menjaga ekosistem dan kelangsungan hayati laut kita. Kalangan internasional, termasuk Pangeran Charles dari Inggris misalnya, memberi apresiasi dan hormat kepada perempuan perkasa ini.

Walau terkadang agak nyentrik dan urakan, Susi Pudjiastuti jelas pribadi yang menarik dan lembut hati. Kiprahnya jauh sebelum jadi menteri, saat gempa besar melanda Aceh dulu, jelas menunjukkan kelembutan dan ketegaran hati seorang Susi. Keceriannya dalam berlomba dengan Sandiaga Uno demi Danau Sunter yang bersih dan asri seperti danau di Jenewa, adalah wujud kecerdikan dan ketulusannya.

Nah, jelas to kalau Susi Pudjiastuti itu tidak malu-maluin kalau mendampingi Jokowi. Jelas dia punya nilai lebih sebagai wanita yang tentu akan bisa menarik dukungan wanita. Emak-emak di daerah kalau melihat penampilan Susi Pudjiastuti itu banyak yang heboh lho. Susi sudah jadi jagoan mereka. Foto yang memperlihatkan dia duduk di atas paddle board sambil minum kopi di tengah laut itu sangat fenomenal.

Jelasnya para nelayan akan sangat bangga kalau jagoan mereka itu bisa jadi pendamping Jokowi di Pilpres nanti. Ini pendapat saya pribadi, bukan hasil survei. Alasannya sederhana, para nelayan sekarang tangkapannya lebih banyak karena para maling ikan dari luar takut datang lagi. Ada memang yang protes soal cantrang jaring perusak dasar lautan itu. Diajak menjaga ekosistem dan kelangsungan hayati laut kok demo, lebih senang merusak dengan cantrang. Opo tumooon.

Memang sih, separuh lebih atau 56 persen lebih penduduk Indonesia yang punya hak pilih, ada di lima provinsi di Jawa. Ada 196,5 juta orang dari sekitar 263 juta penduduk Indonesia, yang punya hak pilih pada Pilpres 2019 nanti. Dari jumlah itu, 98.657.761 pemilih lelaki dan 97.887.875 pemilih wanita. Ini belum terhitung ada tambahan 7 juta pemilih baru sampai tahun depan yang belum tercatat. Lebih dari  56 persen atau 110.418.441 pemilih tinggal di Jawa.

Jawa Barat provinsi di mana Susi Pujiastuti jadi penduduknya, masih menduduki peringkat pertama dengan 33.138.630 pemilih, disusul Jawa Timur dengan 31.312.285 pemilih, Jawa Tengah 27.555.487, DKI Jakarta dengan 7.925.279 pemilih, Banten dengan 7.734.485 pemilih, dan DI Yogyakarta dengan 2.752.275 pemilih.

Pertanyaannya, apakah pemilih di Jawa cukup bersahabat dengan Susi Pudjiastuti? Jawabannya sederhana, mereka yang pernah nonton teve, baca berita, atau aktif bermedsos pasti mengenal Susi yang dulu sempat buat heboh karena bisa luwes berkebaya.

Apakah mereka akan dukung Susi jadi wapresnya Jokowi? Jawabannya sederhana juga. Kalau mereka bukan pengurus aktif partai, tidak di bawah intimidasi sembako, uang belanja, dan "cinta" suami, ditakuti dengan dalil neraka, sangat mungkin mereka dukung Susi jadi cawapresnya Jokowi.

Bicara mungkin kan memang mungkin saja to. Untuk luar Jawa seperti Bali, NTT, Sumut, Papua jelas tak ada masalah juga. Kan ada Jokowi dan Susi juga cukup populer dan disayang oleh para nelayan luar Jawa. Jadi, tidak ada masalah Susi Pudjiastuti untuk disandingkan sebagai cawapres Jokowi. Klop dan saling melengkapi.

Yang jadi masalah itu partai politik yang dukung Jokowi jadi capres. Semua sudah hitung-hitung siapa cawapres yang akan dimajukannya. Tampaknya semua ingin ketua atau jagoan dari parpolnya. PKS saja juga ikut menyebut ketuanya pantas jadi cawapres Jokowi, apalagi Nasdem, Hanura, dan yang lain. Jadi memang bakalan seru soal cawapres Jokowi ini. 

Ada opini yang sudah dibangun bahwa cawapres Jokowi harus dari kalangan santri agar mengimbangi penilaian Jokowi kurang mesra dengan umat Islam bahkan difitnah macam-nacam. Ada juga opini, cawapres Jokowi harus mantan TNI untuk meredam dan mewadahi aspirasi keluarga besar TNI yang kini jadi pijakan lawan politiknya.

Itu kan opini, yang tentunya juga serba tidak pasti seperti sikap politisi kita yang suka main dua kaki dan mau menang sendiri. Nah, daripada pusing dan menunggu ketidakpastian sikap para politisi, lha ya mbok keluar dari belenggu kotak kas dagang sapi itu.

Oleh karena itulah, saya berandai-andai. Jika saja Susi Pudjiastuti jadi Cawapres Jokowi, tentu semuanya menjadi pasti.

Tulisan ini hanya sekedar andai-andai. Hukum dagang sapi dan untung rugi itu memang sudah tradisi politik. Jadi memang tidak perlu berharap pasti karena untung rugi adalah kunci. Buat apa berparpol kalau tidak bisa jadi presiden dan wakil presiden. Pengabdian? Itu romantisme usang. 

Tetapi siapa tahu ada anomali, dan Susi Pudjiastuti jadi cawapresnya Jokowi.

Salam salaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun