Saat saya datang ke base camp river tubing, yang terletak di sisi timur jalan tak jauh dari Watu Lawang, ada rombongan guru PAUD dari Kec. Palang yang akan ikut wisata ini. Semuanya wanita. Tampaknya mereka sudah siap lahir batin meski arus sungai cukup deras karena Jumat malam hujan cukup lebat turun di kawasan itu.
Sebenarnya, ada tiga rute river tubing yang bisa dipilih peserta yaitu rute landai, rute semi ekstrem, dan rute ekstrem. Sungai yang dilalui sama tetapi titik start dan finisnya berbeda, demikian pula jalur yang dilalui. Namun, sejak wisata ini dibuka Oktober 2016 lalu, belum ada yang memilih rute ekstrem.Â
Rute landai sepanjang 3 km, dimulai dari Ngrayut dan finis di Kedung Banteng. Rute semi ekstrem sepanjang 1,5 km dimulai dari mata air Krawak dan finis di Logong. Rute ekstrem sepanjang 1 km dimulai dari Kedung Banteng dan finis di Krawak. Nah, para wanita guru PAUD tadi memilih rute semi ekstrem.
Selain itu, tentu saja baik peserta maupun tim pengaman diwajibkan menggunakan jaket pelampung, helm, deker kaki, deker siku, dan sarung tangan pelindung. Aturan ini diterapkan secara ketat. Dan semua yang akan ikut river tubing sudah harus mengenakan perlengkapan keselamatan ini sejak dari base camp, sebelum berangkat ke lokasi start.Â
Untuk hape, ternyata juga dipikirkan keselamatannya. Agar aman dari cipratan atau rendaman air, anda bisa membeli pelindung hape di base camp seharga Rp 15.000. Saya sendiri kemarin beli satu dan pinjam satu, karena bawa dua hape. Meski dimasukkan ke pelindung yang terbuat dari plastik bening tebal dengan pengaman air berlapis, ternyata masih bisa dipakai memotret dengan hasil bagus.
Begitulah, dari base camp kami menuju ikon wisata Desa Goa Terus di pinggir tebing Watu Lawang untuk berfoto bersama sebelum ke Krawak. Pihak penyelenggara menyiapkan kendaraan bak terbuka untuk menuju titik start, tetapi para peserta memilih naik kendaraan pribadi. Hanya ketika balik ke base camp, mereka pilih naik kendaraan bak terbuka itu karena pakaian dan tubuh mereka basah.
Para peserta kemudian berkumpul untuk diberi pengarahan juga peragaan cara duduk dan menggunakan ban selama mengarungi sungai. Dan, sekali lagi ada penawaran,, mereka masih bisa batal ikut jika takut karena arus sungai cukup deras. Namun, rupanya para wanita guru PAUD itu tetap maju tak gentar. (Kok jadi ingat Menteri Susi Pujiasuti....he he he.)
Begitulah, river tubing menggunakan ban pun dimulai. Arus memang cukup deras tapi para guru PAUD itu tampak menikmati goyangan dan putaran ban yang dipermainkan arus sungai itu. Batu-batu besar yang menonjol di tengah arus deras, tampak siap menyambut ban yang mereka tumpangi.Â
Tapi tak semua daerah aliran sungai di rute itu berarus deras, agak sempit, dan berbatu. Di beberapa tempat, sungai cukup lebar meski tetap berkelak-kelok. "Seru Pak, sampean kudu nyoba, pokoknya seru," kata seorang peserta di tempat finis, dengan pakaian basah kuyup.