Sudah beberapa hari ini, Kompasiana memperoleh warga baru yang sakti-sakti. Begitu saktinya mereka sehingga langsung bisa menguasai Nilai Tertinggi. Tidak tanggung-tanggung, tiga nilai tertinggi sekaligus bisa diraih oleh tiga artikel milik akun baru Aliando Ibrahim misalnya. Jangan tanya isi dan kualitas tulisannya. Ya begitu-begitu saja.
Selain Aliando Ibrahim, ada juga nama Jose iskandar. Mereka relatif baru bergabung di Kompasiana. Aliando bergabung sejak 26 November dengan 7 artikel, sementara Jose Iskandar bergabung sejak 24 November 2016 dengan 6 artikel. Isi artikelnya, hampir semua menyerang Ahok atau Jokowi.
Mereka bisa menguasai Nilai Tertinggi Kompasiana karena mempunyai dukungan pasukan yang ngevote dan memberi komen yang diperlukan untuk masuk ke NT. Ada beberapa nama akun baru yang bergabung antara 24-26 November 2016 yang masuk pendukung mereka, yaitu  Kobe Bryan, Anto Septrian, Karabe Sinting, Riko Aprianto, Karno Saja.
Ini menarik setelah sebelumnya juga masuk akun baru yang juga sakti, yang menulis artikel dengan tema pertemuan Jokowi dan SBY. Â Dan nama-nama akun baru sebelumnya itu kini juga menjadi pendukung vote dan komen untuk artikel Jose Iskandar dan Aliando Ibrahim ini.Â
Kiki Darmawan bergabung dengan Kompasiana sejak 19 November 2016. Artikel pertamanya yang berjudul Siapa Yang Tak Inginkan Jokowi Bertemu SBY? ditayangkan dan langsung masuk NT. Aryo Setyo Nugroho juga baru bergabung mulai 19 November 2016 lalu. Artikel pertamanya, Jika Jokowi Bertemu SBY, juga langsung masuk NT.
Baik Adam Pakiah, Kiki Drmawan, maupun Aryo Setyo Nugroho juga punya pendukung vote yang berupa akun-akun baru yang bergabung di minggu ketiga Novembet 2016. Mereka adalah Reno Lawono, Kaka Saputra, Novita Windiastari, Gilang Prayitno, Ignatius Khrisnamukti, Santoso Mujaer, Christin Bagaskara, Mirale Wong, Cinta Dharma, dan ada beberapa lagi.
Jumlah pembaca Kompasiana yang besar sudah pasti akan membuat media ini dilirik pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya, baik secara ekonomi, politik, dan yang lain. Jika tidak bisa lewat jalur admin pengelola, tentu akan ditempuh lewat cara legal dengan menggunakan  aturan main yang berlaku di Kompasiana. Intinya, dibuatlah tulisan yang bisa mempengaruhi opini pembaca Kompasiana. Suatu cara yang lazim yang biasa kita sebut dengan istilah penggiringan opini.
Seorang K'er yang punya pengikut banyak dan tulisannya banyak dibaca, tentunya punya pengaruh lebih besar dibanding K'er yang tak punya pengikut atau artikelnya hanya sedikit dilirik pembaca. Masalahnya, K'er yang punya pengikut banyak dan tulisannya dibaca banyak orang itu, tidak semua 'mata duitan' atau punya pandangan politik yang menguntungkan pihak di luar Kompasiana.
Kalau K'er itu mata duitan atau  bisa dikendalikan dengan car-cara tertentu, pihak luar tentu akan mudah dengan merekrutnya sebagai penulis bayaran yang menyebarkan opini sesuai pesanan. K'er semacam ini bisa saja sudah ada, tetapi untuk sementara tak perlu dibicarakan karena belum ada urgensinya.