Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik "Jurus Mabuk" Kontras ke Jokowi

27 Oktober 2016   21:55 Diperbarui: 27 Oktober 2016   22:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mata Kontras, SBY dinilai lebih baik bisa jadi karena beberapa hal ini. Di antaranya, SBY pernah membatalkan hukuman mati Mary Jane ratu narkoba dari Australia. Ini menunjukkan SBY di mata Kontras lebih menghargai nyawa manusia. Ini tentu lebih cocok dengan sikap Kontras yang menentang hukuman mati. 

Pemerintahan SBY, meski menyatakan AM Hendriprijono tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Munir, juga relatif menjaga jarak. SBY juga tidak memasukkan figur yang punya sejarah pelanggaran HAM dalam kabinetnya. SBY juga dinilai telah membentuk lembaga-lembaga negara yang bisa mendorong solusi-solusi terkait penyelesaian kasus pelanggaran HAM. Di antaranya, Ombudsman dan Lembaga Perlindugan Saksi dan Korban (LPSK). 

Itulah kemungkinan latar belakang di balik "jurus mabuk" Koordinator Kontras Haris Azhar yang memuji SBY dan mengkritik Jokowi dalam penanganan kasus Munir. Supaya fair kita memang tidak bisa lantas  menerima sepenuhnya sikap dan penilaian Kontras. Tapi, jangan juga menolak mentah-mentah dan membabi buta membela pemerintahan Jokowi.

Mungkin kita memang harus fair menilai capaian penegakan hukum dan penyelesaian kasus HAM masa lalu yang pernah dijanjikan untuk diselesaikan. Misalnya Tragedi '65 yang telah disentuh untuk diselesaikan namun sementara ini belum ada gaungnya lagi paska ribut-ribut kubu Agus Widjojo dan Ryamizad-Kivlan. Kasus Tragedi Mei 1998 juga belum terselesaikan. Tetapi, jangan juga dilupakan, pada masa sekaranglah hal itu dikomitmenkan untuk diselesaikan meski Jaksa Agung masih juga lamban bergerak.

Supaya tidak kecewa, mungkin nasihat ini ada benarnya juga: "Jangan terlalu tinggi meletakkan harapan kepada Jokowi-JK. Bagaimanapun, tanpa dukungan para pembantu yang cakap dan punya komitmen dalam penegakan hukum, HAM dan pemberantasan korupsi, Presiden Jokowi manusia biasa dengan segala keterbatasannya."

Salam, damai.

Bacaan pendukung:

https://www.kontras.org/home/index.php?id=2183&module=pers

http://nasional.kompas.com/read/2016/09/04/17411571/pengangkatan.wiranto.dan.kenaikan.pangkat.anggota.tim.mawar.dipertanyakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun