Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa Inginkan Risma Marah?

12 Agustus 2016   02:55 Diperbarui: 12 Agustus 2016   03:56 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karena Surabaya memang tak punya salah sama Ahok, Risma sebagai walikota Surabaya ada baiknya belajar bersikap cuek dalam urusan pilgub DKI. Politik itu hawanya memang seperti itu, jadi sikap cuek memang diperlukan. Buktinya sederhana, meski lambe sampek dower menyatakan tidak untuk Pilgub DKI, ya tetap saja Parpol menyebut-menyebut nama Risma. Mau marah, senewen, ya percuma saja. Jadi ya cuek sajalah.

Karena Surabaya memang tidak punya salah sama Ahok, Risma bisa bekerja seperti biasa, jadi mboke wong Suroboyo. Bukankah itu pengabdian yang sebenar-benarnya, tanpa perlu hiruk pikuk perhatian semu media hanya gara-gara pilgub Jakarta. Perhatian dan dukungan rakyat itu lebih tulus dari itu semua. Karena itu, mengapa pula tergoda omongan Ahok? Tersenyum saja seperti Bu Mega.

Jika Risma memang ingin tetap di Surabaya, memenuhi janji dan pengabdian untuk warganya, anggap saja celoteh Pilgub DKI itu seperti loudspeaker bakul jamu yang berusaha menarik pembeli. Karena Risma tak perlu jamu itu, jadi buat apa datang atau menanggapinya.

Sebagai warga Surabaya yang tak bisa jauh dari ulama, Risma tentu sudah paham dan ingat nasihat para ulama: Jangan tergoda Pilgub DKI dan tetap istiqomah dengan pengabdian di Surabaya. Percayalah, jika dekat dengan ulama, hati tak perlu gundah karena mendapat hidayah.

Nah, yang masih jadi masalah hingga kini, Risma itu orang parpol. Sementara, parpol suka menyebut kader di pemerintahan itu sebagai petugas. Sebagai petugas, tentu harus patuh kepada yang memberi tugas. Pertanyaannya, yang memberi tugas Risma itu 80 persen warga pemilih Surabaya atau PDIP partainya. 

Tapi bukankah Ketum PDIP itu bijaksana, jadi pasti akan mendengar permintaan Risma atau warga Surabaya untuk tak ikut pilgub DKI. Bukankah PDIP sudah menunjuknya sebagai jurkam Pilkada 2017, bukan cagub DKI Jakarta? Bukankah putra sulung Risma juga sudah meminta agar ibunya tak dibawa PDIP sebagai cagub DKI Jakarta?

Jadi mengapa pula marah-marah? Santai saja, tetap banyak tersenyum karena tersenyum itu ibadah.

Salam damai, tanpa marah-marah.

Bacaan pendukung: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun