Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hikayat Angsa Bertelur Dolar di Kloset

6 Mei 2016   16:54 Diperbarui: 6 Mei 2016   17:05 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Irasionalitas berbalut fantasi itu ternyata sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, kita bisa melanglang buana dalam alam fantasi liar tanpa harus terikat rasionalitas yang membosankan. Kita bisa mewujudkan apa pun yang muskil terjadi. Lebih hebat lagi, ternyata hal itu tidak hanya terwujud dalam fantasi, namun benar-benar dalam alam nyata.

Hikayat Angsa Bertelur Emas mungkin sudah sangat familiar bagi sebagian anak Indonesia. Kalau tidak membacanya sendiri di buku cerita atau majalah anak-anak, setidaknya orang tua kita mungkin pernah menceritakan sebagai dongeng penghantar tidur. Ada beberapa varian kisah ini, namun intinya menceritakan tentang hewan angsa yang bisa bertelur emas, yang membuat kaya pemiliknya.

Salah satu varian kisah ini berakhir dengan kematian angsa. Si petani pemilik angsa itu merasa tak sabar hanya dijatah satu butir telor emas setiap harinya, padahal dia ingin cepat kaya. Akhirnya, dia putuskan untuk membelah angsa itu, untuk mendapat banyak telur di dalamnya. Yang terjadi kemudian, angsa mati, telur emas yang diharap tak didapat.

Membayangkan memiliki hewan peliharaan ajaib semacam itu, tentu sangat menyenangkan. Kalau tiap butir telur beratnya sedikitnya setengah kilo lebih, dalam sebulan kita bisa mengumpulkan sedikithya 15 kg emas, atau 15 ribu gram. Anggap saja harga emas Rp 500 ribu per gram, satu bulan angsa emas itu bisa menghasilkan  Rp 7,5 miliar. Hebat.

Sayang angsa yang bertelur emas itu tak ada kecuali dalam dongeng. Namun, ada lo ‘angsa’ jenis lain yang bisa bertelur dolar. Tidak percaya? Sampeyan itu ketinggalan isu. Memang benar, ‘angsa’ itu belum diketahui wujudnya hingga kini, tapi ‘telur dolar’nya benar-benar ditemukan di kloset rumah Sekjen MA, Nurhadi. Tak mungkin kan, ada dolar di kloset kalau tak ada yang menelurkannya (mengeluarkannya).

Jangan terprovokasi. Itu guyonan berdasar irasionalitas berbalut fantasi.  Acuannya ya hasil kerja Komisi Pemberantasa Korupsi saat menggeledah rumah Sekjen MA Nurhadi di Jl Hang Lekir V No 2-6, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Saat itu, KPK menyita uang Rp 1,7 miliar sebagian besar merupakan mata uang dolar. Dan, sebagian uang itu ditemukan di kloset rumah itu.

Namanya kloset itu kan untuk tempat buang sesuatu dari ‘lubang belakang’ itu. Nah, kalau BAB itu produk keluarannya pasti tinja. Kalau produk keluarannya itu uang dolar tentu itu bukan sekedar BAB. Jadi kejadian mirip kisah  ‘angsa bertelur emas’. Hanya saja yang dikeluarkan bukan telur emas, yang harus dijual dulu untuk memperoleh dolar. Ini benar-benar ‘langsung keluar uang dolar’. Fantastis.

Irasionalitas berbalut fantasi itu ternyata memang menyenangkan. Bagaimana tidak, anda bisa mewujudkan sesuatu tanpa harus terikat rasionalitas yang membosankan. Ya, seperti Hikayat Angsa Bertelur Dolar di kloset rumah Sekjen MA Nurhadi itu. Kisah masa kecil itu seolah muncul dengan sentuhan tangan terampil yang menempatkan uang dolar dalam kloset.

Anda pun bisa membuat varian baru kisah Angsa Bertelur Emas ini, sesuai imajinasi. Misalnya saja, kursi tempat duduk di kantor, di bagian tengahnya diberi lubang. Sementara di bagian bawahnya ada tempat penampungan barang yang keluar dari lubang itu.  Nah, dengan fantasi yang berani, bisa kan uang segepok dimasukkan dalam lubang itu, sambil membayang angsa bertelur emas ketika mendudukinya. Kalau ada yang tanya, kenapa anda membuat lubang itu, jawab saja demi kenyamanan pantat anda.

Tidak  hanya bersandar pada Hikayat Angsa Bertelur Emas. Ada banyak kisah lain yang bisa diwujudkan dalam kehidupan. Misalnya saja, kisah tentang harta anak yatim yang disembunyikan orang tua anak itu dalam tembok rumah, agar suatu saat bisa ditemukan anak itu saat dewasa. Anda mungkin pernah mendengar kisah Nabi Khidir yang merobohkan rumah seorang anak yatim, untuk menemukan harta itu dan menyerahkannya pada sang anak.

Dalam kehidupan nyata juga ada hal semacam itu. Lagi-lagi ini juga berdasar hasil kerja Komisi Pemberantasan Korupsi beberapa tahun lalu, saat menangkap dan menyita harta manta ketua MK Akil Mochtar. Banyak harta Akil Mochtar yang disita, termasuk uang Rp 100 miliar.

Masih ingat kan kisah tembok di ruang karaoke rumah dinas mantan ketua MK Akil Mochtar? Sudah lupa? Ternyata di dalamnya juga ada harta yang tak sedikit. Ditembok itu, Akil Mochtar menyimpan uang hasil suap sebanyak Rp 100 miliar. Satu lagi sentuhan tangan trampil yang seperti menghidupkan kisah harta anak yatim itu.

Mahmud MD yang menjabat ketua MK periode sebelumnya, yang membangun ruang karaoke di rumah dinas itu. Tapi Akil Mochtar lebih ‘kreatif’ karena berhasil menyulap tembok di ruang itu  menjadi tempat penyimpanan uang. Sungguh irasionalitas berbalut fantasi yang menyenangkan. Kisah atau dongeng seolah hidup hanya dengan sentuhan cara menyimpan uang.

Hampir sama dengan Akil Mochtar, mantan ketua DPRD dan bupati Bangkalan Fuad Amin Imron juga memanfaat tembok, untuk menyimpan sebagian uang hasil suap yang diterimanya. Tembok itu lantas ditutupinya dengan lukisan. Tapi Fuad terbilang masih konvensional karena dia masih memanfaatkan dua koper besar untuk menyimpan uang hasil suap. Sentuhannya fantasinya masih kalah dengan Hikayat Angsa Bertelur Dolar atau Kisah tentang Harta Anak Yatim.

Mungkin masih akan ada lagi kisah irasionalitas berbalut fantasi lainnya. Misalnya saja kantung ajaib Doraemon yang bisa mewujudkan banyak keinginan itu. Kalau diambil kesamaannya kan seperti kartu debet yang tinggal digesek setiap kali kita membeli sesuatu. Ah tapi, sentuhan fantasinya mungkin terlalu kering. Terlebih lagi, uang di bank itu kan gampang dilacak, jadi KPK atau PPATK terlalu cepat menemukannya.

Karena itulah, tren yang dianut oleh para ‘pasien’ KPK  saat ini  bukan lagi menyimpan uang di bank. Meski disimpan di negara tax havens atau negara nun jauh di sana... tetap akan ketahuan. Terlebih lagi mulai tahun 2018, diberlakukan automatic exchange of information, atau data nasabah bisa diakses oleh otoritas pajak dari bank-bank di seluruh dunia. Jadi tak aman kan.

Oleh karena itu, nasihat ‘simpanlah uang di bank demi keamanan dan kenyamanan’ tidak berlaku bagi kalangan ‘pasien’ KPK. Yang lebih aman adalah menyimpan uang tunai yang banyak dan tak terlacak. Misalnya saja, menyulap spring bed menjadi tempat penyimpanan uang, seperti kisah kasur tua milik Mr Krab dalam film Sponge Bob itu. Atau mungkin menyulap dasar kolam ikan jadi brankas uang. Dua contoh ini belum pernah ada dalam temuan KPK.

Jadi, masih  sangat mungkin akan muncul, hikayat, kisah, cerita baru soal simpan menyimpan uang ini. Ya mungkin saja akan ditemukan model ‘kantong ajaib Doraemon’ yang lebih canggih dan tak terlacak KPK. Jadi, masih banyak kisah irasionalitas berbalut  fantasi yang akan muncul. Tunggu saja.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun