Apa pun alasannya (gondok, mangkel, kecewa, gundah, gulana, dan sejenisnya) tidak bisa Kementerian ESDM dan SKK Migas hanya bertumpu pada data yang diajukan Inpex dan Shel mitranya. Pendapat Forum Tujuh Tiga, yang terdiri atas orang-orang yang sudah lama terjun di bidang ini, tetap perlu didengar dan jadi pertimbangan. Misalnya saja, soal biaya investasi yang disebut perhitungannya terlalu besar, yang juga menyangkut fasilitisan pengolahan di atas sumur gas, biaya tenaga kerja, biaya logistik yang dinilai dipatok terlalu tinggi oleh Inpex.
Belum Waktunya Gembira
Meski sudah diputuskan di darat, perjalanan pembangunan kilang darat Blok Masela masih sangat jauh. Proyek yang akan berjalan puluhan tahun yang melibatkan dana ratusan triliun itu, mungkin baru berjalan setelah 2020 atau mungkin bisa dipercepat lagi. Kendala lahan, dan sarana lain di darat, dengan pengalaman Indonesia yang sudah terbiasa dengan kilang darat, tak pantas dijadikan alasan untuk kelambatan mulai dieksekusinya proyek ini.
Bagi warga Maluku, khususnya Maluku Selatan, keputusan pembangunan kilang darat bisa jadi merupakan berkah yang ditunggu. Inilah proyek besar yang bisa mengubah wajah ekonomi kawasan itu. Tidak sekarang memang, namun proyek Masela dipastikan akan menjadi magnet yang akan menarik datangnya pembangunan bidang lainnya. Masalahnya adalah, bagaimana membuat proyek ini memberi manfaat secara langsung. Tak sekedar menyerap tenaga kerja lokal (dan ini wajib hukumnya) namun juga bisa menjadi warga lokal sebagai entrepreneur-enterpreneur baru.
Sudah siapkah Pemda Maluku dengan hal itu. Persiapan itu butuh waktu. Jika presiden sudah memutuskan model pengelolaannhya, selayaknya kini ganti Pemda Maluku mempersiapkan apa yang akan dilakukan untuk menyambutnya. Tak sekedar menyiapkan lahan dengan menyingkirkan para spekulan. Pemda sudah harus pula mempersiapkan peningkatan skil warganya agar bisa terlibat dalam pembangunan itu. Tidak hanya tenaga kerja kasar, warga harus pula dipersiapkan dan dibekali keterampilan untuk mengisi lowongan kerja lain.
Diperlukan perencanaan yang matang sedari kini. Jangan lagi nanti muncul masalah kecemburuan antara warga lokal dan pendatang, hanya karena warga lokal tak bisa bersaing dalam mengisi lowongan kerja yang tersedia karena ketiadaan skil. Pendidikan dan bantuan agar lahir entrepreneur dari warga kawasan Maluku juga perlu direncanakan sedari kini.Â
Adanya proyek Masela dilanjutkan dengan pembangunan beberapa industri strategis, dipastikan akan menjadikan kawasan itu sebagai kawasan industri baru di Indonesia bagian timur. Sudah selayaknya pula harus meningkat keberadaan perusahaan dan pengusaha lokal. Namun, itu semua memerlukan persiapan sedari kini.
Tanpa itu, kehadiran proyek sebesar itu tidak akan banyak memberi manfaat kepada rakyat. Lagi-lagi warga sekitar akan menjadi wargan yang terpinggirkan. Bola kini ada di tangan Pemda Maluku, untuk mempersiapkan skil warganya. Dan, tiga atau empat tahun bukan waktu yang lama, untuk melakukan hal itu.
Akhirnya, kini memang belum waktunya kita bergembira. Masih banyak yang harus dipersiapkan, masih banyak yang harus dilakukan agar rakyat bisa memetik manfaat Proyek Kilang Darat Masela dan industry turunannya. Pembangunan kilang darat Masela bisa menjadi perekat kebangsaan antara belahan barat dan timur Indonesia. Namun, proyek ini juga bisa jadi masalah jika tak dipersiapkan dengan baik. Sudah siap?
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H