Mohon tunggu...
Daiyah Sanggili
Daiyah Sanggili Mohon Tunggu... -

saya bukanlah pemangku adat, pengamat atau peneliti akan tetapi anak muda yang mencoba belajar mengaktualisasikan diri ditengah-tengah peradaban sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pencitraan yang Seolah-olah

28 Juni 2013   11:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PENCITRAAN YANG SEOLAH-OLAH

Tahun ini bagi para politisi, pengamat dan pekerja politik adalah tahun konsolidasi dan pencitraan untuk meningkatkan elektabilitas. setiap kompetitot politik selalu berusaha agar citranya selalu positif dengan harapan bisa terlihat sempurna ditengah-tengah rakyat. Karena itu, setiap langkah dan tindakan mereka, selalu terukur dampak positif-negatifnya. Bahkan tidak jarang mereka melakukan kegiatan yang bersifat “seolah-olah.” Semuanya menjadi seolah-olah baik, seolah-olah peduli, dan seolah-olah dengan rakyat. Meski realitasnya, apa yang dilakukan sekarang ini belum pernah sekalipun ia kerjakan sebelumnya.

Kegaduhan dunia politik semakin menjadi-jadi, Semua politisi sedang memoles dirinya tampak semenarik mungkin di mata rakyat. Bahkan kadang-kadang saling hujat satu sama lain demi mempertahankan citranya. Sehingga hujatan yang dilontarkan kadang-kadang seperti buah simalakama. Ia malah kenak batunya sendiri.  Karena sebenarnya rakyat tak butuh pencitraan. Rakyat butuh kerja nyata bukan janji. Sebanyak apapun mereka memoles diri dengan pencitraan, rakyat tidak mudah dibodohi. Selama ini sudah terlalu lama rakyat disuguhi dengan janji-janji palsu. Sementara para politisi kita hanya sibuk dengan urusan diri dan partainya. Kepentingan rakyat yang menyangkut kemaslahatan negara dan bangsa diabaikan.


Baliho, benner, spanduk, stiker dan berbagai atribut lainya dengan berbagai pesan yang cukup menghipnotis rakyat terpampang disudut-sudut jalan, rumah-rumah ibadah, tempat-tempat umum yang dianggap strategis, Bahkan untuk meningkatkan elektabilitasnya dengan harapan melahirkan “citra positif” para caleg sering pula mengajak awak media untuk melakukan peliputan. Tentunya, media yang bisa diajak kerjasama untuk membangun citranya di mata rakyat dengan melalui publikasi dan pemberitaan yang positif. Dan bisa ditebak, alur pemberitaan yang ditulis media terhadap figur sang tokoh (Caleg), menggambarkan kesemarakan acara dan penyambutan terhadap sang tokoh yang luar biasa.

Politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi pernah mengungkapkan "Jadi kalau seorang tokoh politik baru muncul tiba-tiba dan berusaha menarik perhatian publik itu tidak efektif karena 'track record' (rekam jejak-red) politik harus dibangun dari jauh-jauh hari," akan tetapi melihat realita ditengah perlombaan pencitraan untuk menarik simpatisan rakyat, banyak politisi (Caleg) yang terakomodir oleh partai competitor pemilu 2014 banyak yang muncul secara tiba-tiba dan sangat diragukan kemampuan secara SDM, rekam jejak politiknya dan kredibilitasnya yang sudah teruji.

Hanyalah Kejelian masyarakat menentukan pilihannya akan menghasilkan elit politik yang berintegritas tinggi dengan melihat rekam jejak calon legislatif yang mencalonkan diri pada Pemilu 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun