Apa yang Anda pikirkan saat membaca judul di atas? Film action dengan adegan baku tembak? Atau tentang pertarungan sengit polisi dan penjahat? Anda salah besar! Nyatanya sang penulis berhasil mengelabui penonton lewat judul yang bombastis dan terkesan 'wah banget' itu.
Film Jepang ini sudah cukup lawas, disutradarai oleh Renpei Tsukamoto film ini rilis tahun 2008, dengan judul aslinya Bokutachi to Chuzai-san no 700 Nichi Senso yang ditulis oleh Yuichi Fukuda.
Ide cerita yang simple dibalut komedi yang 'diluar pikiran' kebanyakan orang, mampu mengantar film ini sukses mengundang gelak tawa para penontonya.
Bersetting di sebuah kota kecil prefektur Yamagata pada tahun 1979, kisah perseteruan antara sekelompok anak sekolahan dan seorang polisi lokal pun dimulai. Ini semua bermula dari kedatangan seorang polisi bernama Chuzai-san (Kuranosuke Sasaki), polisi muda yang menjabat kepala polisi di desa itu sangat patuh akan peraturan.
Polisi baru itu kemudian menerapkan suatu aturan pembatasan kecepatan di suatu jalan yang sering di lalui oleh penduduk (padahal itu ada di pinggir sawah yang sepi loh!). Saijo-kun (Takuya Ishida) adalah korban pertamanya, saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang sedang-sedang saja ia ditilang. Tidak terima dengan perlakuan itu, Saijo bersama geng sekolahnya yang dipimpin Mamachari (Hayato Ichihara) kemudian memutuskan untuk balas dendam, dengan melakukan tindakan-tindakan jahil agar kepala polisi itu mengundurkan diri dari jabatanya dan meninggalkan desa.
Namun, jangan berpikir tindakan-tindakan yang mereka lakukan itu berhubungan dengan kekerasan, sama sekali tidak. Justru geng Mamachari itu melakukannya dengan cara-cara yang konyol, yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh Anda, bisa dibilang kurang logis malah hehe...
Operasi pertama mereka disebut Operation Storm Rider, dimana Mamachari and the geng mengendarai sepeda dari atas turunan dan membuat alat pengukur kecepatan yang dijaga Chuzai-san dan rekannya berbunyi. Awalnya polisi itu hanya mengabaikan. Namun, Mamachari dkk melakukannya berulang kali hingga alat pengukur itu terus berbunyi, sampai pada akhirnya membuat mereka harus ditilang dan digiring ke kantor polisi. Setelah kegagalan itu mereka tak menyerah dan terus melancarkan operasi, sampai pada operasi terakhir mereka yang bikin terharu.
Film ini bukan cuma tentang komedi, tapi juga persahabatan dan percintaan. Untuk yang belum terbiasa menonton komedi ala Jepang, pasti akan menganggap gaya komedi mereka yang komikal itu terkesan lebay, memang betul, dan itu adalah ciri khas mereka. Film Jepang memang gemar mengangkat cerita tentang kehidupan anak sekolahan (terutama anak SMA) dan kadang terasa realistis.
Seperti Mamachari dkk yang suka membuat onar di sekolahnya, dengan kejahilan-kejahilan khas anak muda (tanpa bermaksud mencelakai) tanpa sadar mereka sedang merangkai kenangan indah pada masa sekolah, yang jika diingat lagi mungkin kita akan berpikir betapa bodohnya kita waktu itu. Kenakalan, kepolosan dan sebuah komitmen begitu tergambar indah dalam film ini. Walaupun ada beberapa adegan yang kurang enak dilhat, abaikan saja. Ambil yang baik-baiknya.
Setelah menonton film ini, mungkin Anda akan berusaha mengingat kembali apa saja yang Anda lakukan ketika SMA bersama teman-teman dulu...
*Salam, DD.
(Sumber foto : wander-journey.blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H