Naska pengabdian oleh Daisy Marthina Rosyanti, SE., MM
Siapa sangka Pandemi Covid-19 masih menghantui masyarakat hingga saat ini. Sudah dua tahun berlalu, pandemi masih menyisakan kemalangan khususnya bagi mereka yang berada di garis ekonomi lemah. Disisi lain, pemerintah tampaknya telah berusaha keras untuk melakukan mitigasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) secara bertahap. Hal ini tentu disambut baik oleh pelaku usaha khususnya UMKM yang mana mereka adalah unit usaha yang paling terdampak. Modal yang pas-pasan dan jangkauan pemasaran yang masih dilakukan secara tradisional membuat pemasukan mereka pasang surut.
Nyatanya, hampir semua UMKM baik di daerah maupun kota-kota besar mengalami sejumlah permasalahan yang sama begitu juga yang terjadi di Kota Surabaya. Kota yang memiliki ribuan UMKM binaan dengan berbagai produk unggulan ini juga mengalami kelesuan pasar yang tak kunjung stabil walaupun pemerintah telah melonggarkan aktivitas diluar rumah beberapa waktu belakangan.Â
Saat dikunjungi pada Minggu (3/7) oleh Tim Dosen Jurusan Manajemen UPN Veteran Jatim pada kegiatan Pengabdian Masyarakat, Ibu-ibu pelaku usaha yang ada di Kampung Kue Rungkut Surabaya mengaku bahwa perjuangan UMKM untuk bertahan tidaklah mudah, rasanya miris melihat banyak rekan sesama penjual kue di Paguyuban justru terpaksa menutup sementara usahanya. Tapi hal ini tidak menutup semangat owner Dieva Cake yaitu Ibu Elfa bersama Ibu-Ibu yang hadir saat menghadiri pelatihan.
Lantas apa yang harus dilakukan UMKM ? menjadi entrepeneur seyogyanya pantang untuk menyerah dan tidak ada waktu untuk menunggu nasib baik menghampiri. Oleh karenanya, UMKM harus bergegas melanjutkan perjuangan dan mau tidak mau harus siap go digital. UMKM harus di dorong untuk berinovasi melakukan nilai tambah pada produknya. Hakikatnya, inovasi adalah alat penting yang memberikan peluang penemuan baru dan membangunan pasar baru [1]. Disisi lain, dalam dunia marketing nilai tambah produk merupakan konsep yang banyak dilakukan oleh pelaku usaha untuk menghadapi gempuran persaingan bisnis yang semakin kompleks. Penambahan nilai dapat dihasilkan dari proses maupun melalui peningkatan harga yang nantinya akan berdampak pada keuntungan produsen [2].
Menurut Ismail et al., (2014) pelaku usaha khusunya UMKM dapat melakukan serangkaian upaya untuk menambah nilai produknya setidaknya sama halnya dengan yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yaitu berinovasi pada produk, perbaikan kualitas produk/jasa dan memperluas jangkauan pasar. Lebih lanjut beberapa strategi yang bisa dilakukan UMKM di era gempuran persaingan digital yaitu sebagai berikut :
1. Lakukan Pelayanan Zero Complaint
Pelayanan yang berkualitas menjadi syarat utama suksesnya bisnis. Bahkan pelayanan dengan zero complaint juga telah menjelma sebagai strategi jitu jika pengusaha ingin memenangkan persaingan. Logikanya, orang akan jauh lebih memilih melakukan pembelian ulang pada produk dan jasa yang memberikan layanan profesional kepada konsumen biarpun berbiaya sedikit lebih mahal dibanding toko pesaing.
2. Mengganti Kemasan
Banyak produk masa kini yang memiliki kemasan dengan desain unik dan menarik. Bahkan inovasi terkini produsen dapat menggunakan kemasan berbahan ramah lingkungan sebagai aksi nyata mendukung isu-isu lingkungan. Keputusan ini tentu saja membutuhkan pertimbangan khusus mengingat besaran biaya yang dikeluarkan juga tidak murah.
3. Fotografi Produk
Tampilan menjadi faktor X yang banyak dipertimbangkan konsumen sebelum melakukan pembelian karena ini adalah kesan pertama yang dilihat oleh konsumen. UMKM rasanya perlu naik kelas dalam memperbaiki foto tampilan produknya sebagai strategi yang tepat untuk memperluas pasar.
4. Memperluas pasar
Banyak produk UMKM yang dewasa ini terjun pada marketplace, tapi juga tidak sedikit mereka yang masih mempertahankan penjualan mereka secara konvensional. Teknologi tak ubahnya telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita bahkan konsistensi ini terbukti membantu UMKM untuk lebih dikenal khalayak. Cara yang paling umum saat ini yang bisa dilakukan UMKM adalah terjun pada bisnis online untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Mereka juga semestinya memiliki akun media sosial sebagai wadah untuk promosi
5. Inovasi Produk
Bagi UMKM yang bergerak dibidang kuliner, bukan suatu rahasia bahwa mereka telah banyak berjasa melestarikan resep-resep kuno yang tak diragukan kelezatannya. Tapi sering kali UMKM belum berani berinovasi dengan dalih fokus pada 1 produk unggulan. Inovasi bukan berarti menciptakan produk yang benar-benar baru, setidaknya UMKM dapat melakukan pengembangan produk dengan bahan atau resep yang dimodifikasi. Misalnya, berkarya untuk membuat olahan produk kue sehat dan less sugar.
Sejatinya perubahan akan terus terjadi begitu juga selera konsumen di setiap masanya akan berubah. UMKM harus bersiap dengan permintaan pasar yang semakin beragam. Pelatihan dan pemberdayaan UMKM masih harus digalakkan sebagai upaya pemulihan ekonomi masyarakat yang mandiri.
Referensi :Â
[1] Kuhn, J. S., & Marisck, V. J. (2010). Action learning for strategic innovation in mature organizations: Key cognitive, design and contextual considerations. Action Learning: Research and Practice, 2(1), 27-48
[2] Asnawi, A. dan Hastang. 2014. Analisis keuntungan peternak sapi potong berbasis peternakan rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Ilmu – Ilmu Peternakan. 1(1) : 40-52.
[3] Ismail, K., Zaidi, W., Omar, W., Soehod, K., Senin, A. A., & Akhtar, C. S. (2014). Role of Innovation in SMEs Performance : A Case of Malaysian SMEs. Mathematical Method in Engineering and Economics, April, 145–149.
Naskah pengabdian ini ditulis oleh Daisy Marthina Rosyanti, SE., MM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H