Kembali ke kebun kopi, selain jenis caturra, Yoseph juga menanam sedikit jenis ateng, yang sesungguhnya lebih populer di kalangan petani lain. Mengapa lebih suka caturra? Yoseph menjelaskan sejarah panjang riset yang telah ia lakukan dengan berbagai ragam varietas kopi. Dengan melibatkan barista dari dalam dan luar negeri, yoseph akhirnya menjatuhkan pilihan pada jenis caturra.
Kopi arabica caturra berperawakan lebih pendek dan kompas sehingga lebih mudah dalam pemanenan. Karena jarang dibudidayakan, diharapkan menguntungkan dalam supplay-demand. Arabica caturra juga unggul dalam aroma dan rasa sehingga sering menjuarai kontes di festival kopi di seluruh dunia. Arabica ateng memiliki sosok lebih tinggi dan lebih produktif. Sebagai komoditi untuk menyuplai industri kopi, menanam ateng jelas lebih menguntungkan, tetapi untuk kategori specialty coffee, arabica caturra lebih menjanjikan, kata Yoseph.
Memiliki usaha tani kopi di pinggir kota besar sekelas kota cerdas Bandung adalah advantage bagi petani kopi kategori specialty di Lembang. Apalagi Bandung, yang telah memiliki brand image yang kuat sebagai kota wisata kuliner, dengan jarak yang sangat dekat dengan Ibukota Jakarta, hanya perjalanan 3 jam via jalan tol, menjadikan Lembang dan petaninya akan kecipratan rejeki dari manisnya bisnis biji pahit di Ibukota Asia Afrika ini.
Satu-satunya kendala atas peluang usaha ini adalah masih rendahnya apresiasi masyarakat kita akan kopi kategori specialty. Diketahui Indonesia adalah negara terbesar ketiga sebagai produsen kopi di dunia, tetapi nomor 1 sebagai produsen kopi jenis  arabica. Di negara produsen kopi lainnya, seperti Brasil dan Vietnam, jenis robusta masih mendominasi.  Jenis kopi arabica dikenal memiliki harga jual yang lebih bagus ketimbang robusta, yang menang dalam volume. Keunggulan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar di dunia, sayangnya  tidak didukung oleh jumlah penikmat. Selain kuantitasnya yang rendah, apresiasi terhadap specialty coffee pun masih rendah. Justru orang eropa menjadi penikmat kopi sejati.
Indonesia yang berada di ring of fire, dengan rangkaian gunung apinya, dari ujung Sumatera hingga Papua, memiliki potensi menjadi kekaisaran kopi di dunia. Dengan jenis dan varietas kopi yang sama, gunung yang berbeda dapat menghasilkan citarasa dan aroma kopi yang berbeda dan unik. Sebelum mencapai volume produksi yang memadai untuk syarat ekspor, seyogyanya apresiasi masyarakat dapat menjadi faktor penentu dalam memajukan agribisnis kopi spesial yang diulas di atas.
Faktor penentu lainnya untuk mendukung kejayaan para petani kopi specialty, adalah keberadaan para barista. Relasi yang baik antara Yoseph dan para barista yang sering berkunjung ke rumahnya dan melakukan cupping, adalah kiat sukses Yoseph dalam meningkatkan harga dan nilai kopinya. Salah satu barista yang bekerja sama dalam budi daya kopi khusus ini adalah Natanael Charis, pemilik kafe Morning Glory.
[caption id="attachment_418692" align="aligncenter" width="300" caption="Sahabat Yoseph: Dedem, Natan, dan barista dari Jakarta"]
Natan, begitu panggilan akrab pendiri Morning Glory Academy ini, menyediakan bibit kopi unggul, untuk dibudidayakan oleh Yoseph di Lembang. Melihat prestasi Natan yang telah berhasil mencetak kopi yang ditanam di Garut menjadi kopi juara kelas dunia, bukan mustahil akan mengharumkan nama kopi Lembang juga, nantinya.
Yoseph juga menjelaskan bahwa denyut gejolak bangkitnya kopi di tempat yang merupakan lahan asal-usul  pertanian kopi nusantara pada jaman Belanda, juga ditandai oleh berdirinya usaha wisata dan edukasi kopi dan luwak di Cikole, Lembang. Ada banyak kelompok tani selain Yoseph dkk yang sudah bergerak sejak beberapa tahun terakhir. Diramalkan, dalam beberapa waktu ke depan, kopi Lembang akan cetar membahana.
Setelah lebih dari 3 jam berjalan dan bercerita tentang nostalgia dan masa depan kopi nusantara, kami kembali ke rumah Yoseph, tempat benih dan bibit disiapkan sebelum naik gunung untuk ditanam.
[caption id="attachment_418693" align="aligncenter" width="300" caption="bibit kopi arabica caturra"]