Jones menjelaskan hal ini berlaku pula bagi serangga lainnya, seperti belalang pemakan tanaman atau lalat yang tertarik pada keringat manusia. Karena itu tim Vanderbilt yakin penemuan ini memiliki potensi besar.
"Sebuah kebetulan yang fantastis, tidak diduga, tapi kami sangat senang telah menemukannya. Semoga suatu hari, ini dapat digunakan untuk mengurangi penularan malaria di Afrika. Ini tujuan utama kami," kata Jones bersemangat.
Universitas Vanderbilt telah mengajukan hak paten pada senyawa baru ini. Walaupun pengembangannya butuh jutaan dolar dan pengujian bertahun-tahun, tapi setidaknya ada harapan bagi pembasmian malaria, demam berdarah, dan nyamuk penular lainnya.
Mengenai vaksin bagi nyamuk, ada beberapa teori tentang mengapa Wolbachia bisa menyetop virus dengue. Duo Scott Australia berkata, mungkin saja Wolbachia meningkatkan daya tahan nyamuk, atau mikroba ini mungkin merebut makanan di dalam nyamuk, hingga virus dengue sulit berkembang.
Tim peneliti sedang berusaha mendapatkan ijin untuk melakukan percobaan yang sama di daerah epidemi, seperti Vietnam, Thailand dan Brazil.
Bagaimana Indonesia?
[caption id="attachment_407444" align="aligncenter" width="472" caption="sumber: www.sciencekids.co.nz"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H