Mohon tunggu...
Daimatus
Daimatus Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membongkar Corak dari Pemikiran Aliran Qodariah

4 Oktober 2018   00:16 Diperbarui: 10 Oktober 2018   10:53 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MEMBONGKAR CORAK DARI PEMIKIRAN ALIRAN QODARIAH

1.Pengertian Aliran Qodariah

        Menurut bahasa Qodariah berasal dari kata qadara yang berarti kemampuan dan kekuatan. Sedang secara terminologi, Qodariah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi tangan tuhan. Kemudian secara istilah yang di pakai oleh ahli teologi ialah manusia yang mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan perbuatannya. 

Atau manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Aliran ini berpendapat bahwa tiap tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknnya sendiri. Sebutan Qadariah diberikan pada aliran yang berpendapat bahwa qadar telah menemukan segala tingkah laku manusia, baik bagus maupun jahat. Sebutan tersebut telah melekat pada aliran yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak. (Thabrani, 2012:hal.59)

      Berdasarkan pegertian tersebut dapat dipahami bahwa paham Qodariah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya untuk mewujudkan perbuatan perbuatannya. 

2.Doktrin Doktrin Aliran Qadariah

        Para peneliti menegaskan bahwa aliran Qodariah muncul dalam Islam untuk pertama kali di Basrah dalam suasana pertentangan berbagai pendapat. Menurut Ahmad Amin berdasarkan pendapat beberapa ahli teologi bahwa paham Qodariah pertama kali di perkenalkan oleh Ma'bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy. Ma'bad adalah seorang tabi'in yang dapat dipercya dan pernah berguru kepada Hasan Al-Bisri. Sementara, Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maulana Utsman bin Affan. (Razak & Anwar, 2012:hal. 89)

       Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qodariah bahwa manusia berkuasa atas perbutan perbuatannya. Manusia sendiri pula melakukan atau menjauhi perbuatan jahat atau baik atas kehendaknya dan dayanya sendiri. Menurut Nabatah dalam kitabnya syarh Al-Uyun, seperti dikutip Ahmad Amin (1886-1954), memberi informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan paham Qodariah adalah orang Irak yang semula beragama kristen kemudian masuk Islam dan kembali ke agama Kristen. Dari oarang inilah, ma'bad dan Ghailan mengambil paham ini. Orang irak yang di maksud , adalah Susan. (Rozak & Anwar,2012:hal.89)

       Kedua tokoh ini yaitu Ma'bad al-Juhany dan Ghilan al-Dimasyqy dengan gigih mengembangkan paham Qadariah di daerahnya masing-masing. Ma'bad al-Juhany menjadikan Irak sebagai sasaran pengembangan paham itu. Sedangkan Ghilan al-Dimasyqy menjadikan Damaskus sebagai tempat sasaran pengembangan pahamnya itu. (Hasbi, 2015:hal. 83)

       Pada dasarnya doktrin Qodariah menyatakan bahwa tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya dan kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupaun jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang di lakukan dan berhak pula mendapat hukuman atas kejahatan yang telah di perbuatnya. Dalam hal ini, apabila seseorang diberi ganjaran, baik dengan balasan surga maupun diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak diakhirat berdasarkan pilihan pribadinya, bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas mausia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya.

      Paham takdir dalam pandangan Qodariah bukan dalam pengertian takdir pada umumnya yang dipakai ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbutan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan semenjak ajal terhadap dirinya.

Adapun prinsip prinsip Qodariah, sebagai berikut:

1.Mengingkari takdir Allah dengan maksud ilmuNya.

2.Melampaui dalam menetapkan kemampuan manusia dengan menganggapmereka bebas berkehendak (iradah).

3.Berpendapat bahwa allah tidak bersifat dengan suatu sifat yang ada pada makhlukNya karena akan menbawa pada penyerpaan (tasbih).

4.Mereka berpedapat bahwa al-Qur'anitu adalah makhluk disebabkan pengingkaran mereka terhadap sifal Allah. 

5.Mengenal Allah itu wajib menrut akal, dan iman.

6.Meraka mengingkari melihat Allah (ru'yah).

7.Mereka mengemukaan pendapat tentang surga dan neraka akan musnah (fana').

Ajaran Ma'bad al-Juhani

      Perbuatan manusia diciptakan atas kehendaknya sendiri oleh kerena itu Ia harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Tuhan sama sekali tidak ikut serta berperan dalam perbuatan manusia,  kecuali setelah perbuatan itu dilakukan, barulah Tuhan mengetahuinnya. 

Ajaran Ghailan al-Dimasqi

a.Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk tanpa campur tangan tuhan.

b. Allah tidak memiliki sifat

c.Al-Qur'an itu makhluk

d.Imam adalah hak semua orang bukan dominasi Quroisy, asal cakap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan al-Sunnah. (Zuhri,2013:hal.71)

Adapun doktrin yang dikembangkan oleh Qodariah diantaranya:

1.Manusia mempunyai daya dan kekuatan untuk menetukan nasibnya, melakukan segala hal baik dan buruknya, surga atau neraka yang di dapat bukan kehendak Tuhan melainkan karena kehendak dan perbuatan diri sendiri.

2.Takdir merupakan ketentuan Allah SWT terhadap alam semesta sejak azali (Zaman-zaman dimana manusia belum diciptakan hanya ada Allah SWT), yaitu hukum Al-Qur'an disebut sunatullah.

3.Secara alamiah manusia mempunyai takdir yang tak dapat di ubah mengikuti hukum alam seperti memiliki sayap untuk terbang, tetapi manusia memiliki daya untuk mengembangkan pemikiran dan daya kreatifitasnya. (Thabrani,2012:hal.59)

       Paham takdir yang dikembangkan oleh kaum Qodariah sangat bertolak belakang dengan konsep takdir yang pada umumya yang telah dipahami oleh bangsa Arab pada waktu itu yaitu nasib setiap orang telah ditentukan sebelumnya, dalam perbuatannya manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan oleh Allah sebelumnya kepada dirinya.

       Sedangkan menurut qadariyah takdir adalah ketentuan yang diciptakan Allah bagi semesta alam dan seluruh isinya sejak awal yang didalam istilah Al Qur'an disebut dengan istilah sunnatullah, misalnya manusia telah ditakdirkan tidak memiliki sirip seperti ikan yang mampu berenang dengan baik di air, tapi meskipun manusia tidak memiliki sirip, manusia tetap bisa berenang dengan baik seperti ikan dengan kemampuan dan usahanya sendiri. (Zuhri, 2013:hal.72)

       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun