Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Krisis Opioid: Meningkatnya Epidemi Kecanduan dan Overdosis

4 Juni 2023   06:15 Diperbarui: 4 Juni 2023   13:03 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis Opioid: Meningkatnya Epidemi Kecanduan dan Overdosis

Bagaimana Informasi yang Salah dan Keserakahan Memicu Krisis Opioid

Sejak pertengahan tahun 1990-an, Amerika Serikat telah bergulat dengan masalah parah yang dikenal sebagai krisis opioid. Krisis ini mengacu pada peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah orang Amerika yang menyalahgunakan atau menjadi kecanduan opioid. 

Opioid adalah kelas obat tertentu yang bekerja dengan memblokir reseptor dalam sel saraf untuk menghilangkan rasa sakit. Opioid dapat berasal dari sumber alami, seperti bunga opium poppy, atau diproduksi secara sintetis di laboratorium.

Berbagai opioid telah disetujui untuk penggunaan medis, termasuk kodein, morfin, hidrokodon, oksikodon, dan hidromorfin. Fentanil, opioid lain, terutama digunakan sebagai obat bius dan kadang-kadang diresepkan untuk manajemen nyeri yang parah. Namun, opiat terlarang seperti heroin dan carfentanil sebagian besar diedarkan melalui cara-cara ilegal.

Salah satu alasan utama mengapa opioid sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan kecanduan adalah karena kemampuannya menghasilkan efek euforia. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko pengembangan gangguan penggunaan opioid (OUD). Karena tubuh pengguna dengan cepat membangun toleransi terhadap dosis rendah, mereka membutuhkan jumlah opioid yang lebih tinggi dan lebih tinggi untuk mencapai efek yang diinginkan.

Di samping faktor fisiologis, faktor neurologis juga ikut berperan, yang mengakibatkan ketagihan yang berlebihan bahkan setelah penggunaan jangka pendek. Bahaya dosis opioid yang tinggi tidak boleh diremehkan, karena dapat menekan sistem pernapasan dan detak jantung pengguna, yang berpotensi menyebabkan konsekuensi fatal. 

Selain itu, individu yang menghentikan asupan opioid secara tiba-tiba rentan terhadap gejala putus zat yang intens, yang dapat mendorong mereka untuk mencari alternatif yang terlarang.

Menurut Administrasi Penyalahgunaan Zat dan Layanan Kesehatan Mental (SAMHSA), sekitar 2,7 juta orang Amerika dilaporkan memiliki OUD pada tahun 2020. Yang mengkhawatirkan, data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa overdosis terkait opioid menyumbang 75 persen dari semua kematian akibat overdosis obat di negara itu pada tahun itu. Di antara lebih dari 68.000 kematian akibat overdosis yang melibatkan opioid, 82 persen di antaranya melibatkan opioid sintetis, seperti fentanil.

Singkatnya, krisis opioid merupakan epidemi kecanduan dan overdosis yang terus berkembang di Amerika Serikat. Penyalahgunaan opioid yang meluas, baik yang diresepkan maupun yang terlarang, telah menyebabkan sejumlah besar orang Amerika menderita gangguan penggunaan opioid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun