Sebagian besar limbah radioaktif disimpan di lokasi tempat limbah tersebut dihasilkan, termasuk 80 lokasi di Amerika Serikat. Dua lembaga federal, Departemen Energi AS dan Komisi Regulasi Nuklir, bertanggung jawab untuk mengatur dan membuang limbah nuklir. Mereka telah mencari solusi permanen untuk kebutuhan pembuangan limbah nuklir negara ini sejak awal tahun 1980-an, dengan menghabiskan miliaran dolar.Â
Pada tahun 1987, Kongres memilih Gunung Yucca di Nevada sebagai tempat penyimpanan nasional permanen di bawah Undang-Undang Kebijakan Limbah Nuklir tahun 1982. Namun, lokasi tersebut menghadapi tentangan keras dari para pejabat Nevada, Bangsa Shoshone Barat, dan kritikus lainnya yang mengangkat masalah lingkungan dan keselamatan. Mereka juga berpendapat bahwa situs tersebut memiliki kapasitas terbatas sebesar 77.000 ton, yang lebih kecil dari jumlah limbah yang telah disimpan di fasilitas komersial, sehingga diperlukan solusi lain.
Pemerintahan Obama memotong dana untuk proses perizinan Yucca Mountain pada tahun 2009 dan mencari solusi lain. Pemerintahan Trump pada awalnya mendukung proyek ini, tetapi menarik dana untuk perizinan Yucca Mountain dalam proposal anggaran tahun 2021. Pemerintahan Biden, yang mulai menjabat pada tahun 2021, melanjutkan upaya pemerintahan Obama untuk menemukan solusi yang lebih permanen yang akan melibatkan persetujuan dari pemerintah lokal, negara bagian, dan suku untuk menyimpan limbah nuklir. Namun, proposal untuk fasilitas penyimpanan sementara di Texas dan New Mexico pada tahun 2021 mendapat tentangan dari masyarakat dan politik. Hingga Januari 2022, Gunung Yucca hanya menjadi lokasi penyimpanan yang diusulkan, dan limbah nuklir masih disimpan di masing-masing lokasi.
Menurut laporan IAEA yang diterbitkan pada Januari 2022, kemajuan signifikan telah dicapai dalam pengelolaan limbah radioaktif yang aman dan efektif secara global, termasuk pengembangan repositori geologi dalam (deep geological repositories/DGR).Â
Laporan ini memberikan gambaran umum tentang opsi-opsi untuk mengelola bahan bakar bekas dan limbah radioaktif, termasuk informasi tentang inventaris nasional, perkiraan timbulnya limbah dan bahan bakar bekas di masa depan, serta strategi untuk pengelolaan jangka panjangnya. Laporan ini juga menyoroti bahwa lebih dari 80% dari seluruh volume limbah radioaktif padat saat ini sedang dalam proses pembuangan.Â
IAEA juga meluncurkan basis data baru untuk bahan bakar bekas dan limbah radioaktif, Sistem Informasi Bahan Bakar Bekas dan Limbah Radioaktif (Spent Fuel and Radioactive Waste Information System/SRIS), pada bulan Juni 2020. Opsi lain untuk membuang persediaan kecil limbah radioaktif tingkat menengah dan tinggi adalah pembuangan sumur bor dalam (DBD), yang telah berhasil diuji coba oleh Institut Teknologi Energi Norwegia (IFE) yang bekerja sama dengan organisasi Eropa lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H