Warisan Manusia Neolitikum di Papua Nugini.
Jelajahi jejak dan dampak menarik dari pemukim manusia pertama di negara yang kaya dan beragam ini.
Manusia Neolitikum: Sekilas tentang Masa Lalu dan Masa Kini
Kita bisa membayangkan berjalan menyusuri jalan-jalan sibuk di kota modern, misalkan di kota Anda dan bertemu dengan seorang pria dari Zaman Batu, berpakaian kulit binatang dan memegang kapak batu. Dia akan tampak seperti orang asing dari dunia lain, sisa-sisa masa lalu yang sudah lama terlupakan. Orang cenderung menganggap manusia neolitikum telah punah, bersama dengan mammoth, piramida, dan dinosaurus. Mereka hanya melihat sekilas kehidupannya melalui artefak kuno yang digali oleh para arkeolog, seperti peralatan batu yang dipoles, tembikar, atau perhiasan yang terbuat dari kerang atau gigi. Peninggalan-peninggalan ini mengungkapkan bagaimana nenek moyang neolitik mereka beradaptasi dengan lingkungan mereka, menciptakan alat untuk berburu, memancing, bertani, dan membangun. Mereka juga dapat mengunjungi museum, di mana model-model orang neolitikum yang mirip dengan aslinya ditampilkan dalam adegan-adegan yang direkonstruksi dari kegiatan sehari-hari mereka. Mereka mungkin bertanya-tanya bagaimana mereka bisa bertahan hidup dan berkembang dengan teknologi yang begitu sederhana, atau bagaimana mereka akan bereaksi terhadap penemuan-penemuan modern, seperti mobil, telepon, atau pesawat terbang.
Namun kenyataannya adalah: manusia neolitikum tidak sepenuhnya hilang dari Bumi. Di beberapa bagian dunia yang terpencil, mereka masih hidup, mengikuti cara hidup yang sama seperti ribuan tahun yang lalu. Penulis menemukan hal ini sendiri ketika ia mendarat di dekat sebuah suku kanibal jauh di dalam hutan Papua Nugini dan dikira sebagai dewa. Setelah keterkejutan awal mereda, ia berkesempatan untuk mengamati mereka di habitat aslinya. Dia melihat bagaimana mereka dengan ahli membuat kapak batu dan panah mereka, menghiasinya dengan cakar kasuari yang tajam. Mereka bahkan menawarkan untuk menukar kepala manusia yang diasapi dengan pisau cukur atau kaleng kosong. Bagi mereka, dia, dengan "burung besar" (pesawat terbang), pakaian aneh, dan senjata misteriusnya, sama eksotisnya dengan dia jika tampil di Jalanan di kota Anda. Mereka mungkin tidak tahu bahwa ada ras kulit putih.
Pertemuan mereka tentu saja aneh. Seseorang dapat membayangkan dirinya berada di posisi mereka: berhadapan langsung dengan orang biadab yang telanjang di awal peradaban, yang masih didorong oleh naluri dan hasrat primitif, tanpa menyadari aturan dan norma yang membentuk masyarakat modern mereka.