Sekte atau Agama Baru? Stereotip negatif dan kesalahpahaman tentang Kepercayaan Alternatif
Tinjauan yang komprehensif dan berimbang mengenai sejarah, kepercayaan, dan praktik gerakan agama baru, serta tantangan yang mereka hadapi dalam masyarakat yang majemuk.
Istilah "kultus" merujuk pada kelompok kecil yang didedikasikan untuk seseorang, ide, atau filosofi, dan sering kali digunakan sebagai istilah yang merendahkan untuk kelompok agama yang berada di luar arus utama dan terlibat dalam kegiatan yang dipertanyakan.Â
Dalam historiografi, istilah ini digunakan tanpa konotasi negatif, dan masyarakat Mediterania kuno merupakan rumah bagi berbagai kultus misteri yang terintegrasi ke dalam masyarakat sekitarnya. Istilah ini telah digunakan untuk menggambarkan kelompok-kelompok yang memperkuat dominasi tatanan agama dan sosial, seperti kultus orang suci dalam Gereja Katolik Roma.Â
Tidak ada konsensus tentang apa yang membedakan kultus dari kelompok agama lain, dan beberapa sekte agama berasal dari kultus sebelum diterima secara budaya.Â
Beberapa ahli mendefinisikan kultus sebagai kelompok agama dengan pemimpin karismatik yang memegang kendali penuh, visi apokaliptik, isolasi dari masyarakat, penekanan pada pengalaman spiritual transenden, aturan kaku yang mengatur perilaku, dan eksploitasi anggota.Â
Dalam penggunaan populer, istilah ini memiliki konotasi negatif yang kuat karena tindakan sekte-sekte baru yang berkembang di AS pada tahun 1960-an, dan sekte-sekte yang kejam seperti Peoples Temple dan Keluarga Manson.Â
Gerakan anti-sekte muncul pada tahun 1970-an, dan teori cuci otak digunakan untuk membenarkan pemrograman ulang secara paksa terhadap anggota sekte.
Mantan anggota sekte sesat telah mengajukan tuntutan hukum terhadap mantan kelompok mereka, beberapa menuduh sekte sesat melakukan pencucian otak, sementara yang lain menuntut para pemrogram ulang mereka atas pemaksaan yang kejam. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa tuduhan pencucian otak dan bujukan paksaan tidak memiliki bukti faktual.Â