Akan tetapi, para ahli memperingatkan bahwa pembagian teknologi canggih dan kecerdasan teknologi secara terbuka, bahkan di antara sekutu, dapat merusak keunggulan strategis dan taktis suatu negara. Ketika teknologi menjadi "penentu kekuatan nasional," beberapa orang berpendapat bahwa memperlakukan pengembangan AI sebagai masalah keamanan nasional diperlukan untuk mencegah teknologi AI yang baru dan baru muncul agar tidak jatuh ke tangan negara saingan dan aktor non-negara yang jahat. Sementara beberapa pihak mengadvokasi peningkatan kerja sama internasional dalam kebijakan AI, pihak lain menyerukan kehati-hatian dan kemandirian strategis.
Bioteknologi: Menyeimbangkan Kemajuan dan Risiko.
Bioteknologi adalah bidang yang berkembang pesat yang memanfaatkan proses biologis alami untuk menghasilkan peningkatan atau keuntungan dalam berbagai industri. Mulai dari manipulasi genetik tanaman hingga prostetik dan implan canggih untuk tubuh manusia. Bioteknologi juga mencakup penelitian tentang virus dan patogen lainnya.
Meskipun bioteknologi memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pertanian, kedokteran, dan interaksi manusia dan komputer, bioteknologi bukannya tanpa risiko. Bidang keamanan hayati dan biosekuriti yang berdekatan bertujuan untuk mengelola risiko dan mengawasi perkembangan industri bioteknologi global.
Kerja sama internasional dan pembagian informasi merupakan isu yang masih diperdebatkan dalam bioteknologi. Para pendukung berpendapat bahwa kolaborasi transnasional dapat memfasilitasi terobosan dan respons krisis, seperti yang terlihat selama pandemi COVID-19. Namun, berbagi bioteknologi juga menimbulkan kekhawatiran tentang standar kepatuhan yang berbeda dan potensi senjata dari kemajuan tersebut.
Mengingat potensi bioteknologi untuk dieksploitasi oleh negara atau aktor non-negara yang bermusuhan, kelompok internasional yang berpandangan sama seperti NATO dapat mengambil manfaat dari kolaborasi dalam inisiatif bioteknologi. Akan tetapi, berbagi penelitian dan intelijen tentang bioteknologi juga meningkatkan risiko aktor jahat memperoleh informasi berharga. Menyeimbangkan kemajuan dan risiko bioteknologi adalah masalah kompleks yang membutuhkan pertimbangan dan pengawasan yang cermat.
Keamanan siber: Melindungi Data dan Jaringan Digital.
Keamanan siber adalah praktik penting yang melibatkan berbagai langkah, alat, dan teknologi untuk melindungi data digital dari akses yang tidak sah dan penyalahgunaan. Topik keamanan siber berkaitan dengan sektor publik dan swasta, karena jaringan komputer pemerintah dan perusahaan berisiko mengalami kerentanan.
Meningkatnya jumlah serangan siber tingkat tinggi pada tahun 2020 dan 2021 menekankan perlunya tindakan segera dan efektif untuk mengamankan sistem dan jaringan komunikasi digital dengan lebih baik. Misalnya, pada bulan Juli 2020, lebih dari seratus akun milik tokoh masyarakat terkemuka, termasuk pemimpin politik dan pemimpin industri seperti Joe Biden, Barack Obama, Bill Gates, dan Elon Musk, disusupi dalam serangan terhadap platform mikroblog Twitter. Serangan misterius ini tampaknya terkait dengan penipuan mata uang kripto dan terjadi selama kampanye pemilihan presiden AS yang penuh perdebatan.
Pada Mei 2021, Colonial Pipeline Company juga menjadi sasaran serangan siber yang menuntut uang tebusan jutaan dolar sebagai imbalan untuk mengakhiri penghentian jalur pipa vital yang menyalurkan bahan bakar ke daerah padat penduduk di sepanjang pantai timur AS. Perusahaan tersebut membayar $5 juta kepada penjahat siber yang bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang memperlihatkan kelemahan serius dalam kesiapan keamanan siber AS. Insiden ini menyoroti urgensi bagi pemerintah dan perusahaan untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan siber mereka dan menerapkan strategi yang kuat untuk mencegah serangan di masa depan.
Kompleksitas Kerja Sama Keamanan Siber Internasional.
NATO mengakui keamanan siber sebagai aspek penting dari strategi pertahanan aliansi, mengakui sifat ancaman siber yang terdesentralisasi dan global. Para pendukung kerja sama keamanan siber internasional menganjurkan upaya konsolidasi dari negara-negara untuk melindungi diri dari dampak negatif ekonomi, politik, dan keselamatan manusia akibat kejahatan siber berskala besar. Untuk mencapai hal ini, beberapa analis hubungan internasional mengusulkan perjanjian keamanan siber internasional yang mengikat yang melibatkan pendekatan kerja sama dalam penilaian ancaman, pembagian intelijen, keahlian, dan pengembangan infrastruktur pelindung. Namun, proposal untuk kerja sama internasional semacam itu sering kali mengabaikan kemungkinan negara-negara penandatangan secara sembunyi-sembunyi terlibat dalam serangan siber terhadap anggota perjanjian lainnya, sehingga membuat perjanjian yang kohesif menjadi rentan terhadap saingan yang bermusuhan.