Di sisi kedua saya berfikir tidak logis, alasannya seharusnya Jika tujuan saya mengikuti kontes untuk menang dan mendapatkan modal maka seharusnya saya tidak mengajukan proposal ide bisnis sociopreneur yang *orisinil ( bisnis yang belum ada sebelumnya/ konsep ide), Â tetapi real bisnis / klon bisnis dari bisnis yang sudah ada dengan menambahkan sedikit ekor social impact. Terdengar klise bukan? Tetapi memang itu kenyataannya.
Kembali ke workshop.
Undangan Workshop akan diberikan setelah jika peserta mengirimkan proposal Ide bisnisnya, jadi bagi pemula mungkin akan sedikit kesulitan karena mereka tidak mempunyai gambaran terang atas tentang bagamana proposal yang akan mereka ajukan, berbeda cerita jika workshop dimulai sebelum proposal dikirim. Dan bagi sebagian orang itu tidak menjadi masalah besar karena mungkin mereka sudah terbiasa dengan hal semacam ini begitu juga Saya.
Antusiasme saya mengikuti workshop tersebut sangat tinggi begitu juga harapan saya akan mendapatkan wawasan / ilmu /strategi yang mungkin nantinya bermanfaat bagi bisnis/karir saya di masa yang akan datang.
Tetapi setelah hadir dalam workshop dengan narasumber pelaku sociopreneur tersebut saya merasa kecewa. Karena rasanya saya dan orang yang hadir di workshop yersebut hanya sebagai obyek bagi mereka.
Jadi saya disana seprti hanya mendengar dongeng /pameran /dokumentasi kegiatan mereka sebelumnya dan seolah mereka mendeklaralisasikan tentang betapa hebatnya mereka,karena menyabet banyak penghargaan. Dan pastinya segala aktivitas di workshop tersebut di dokumentasikan.
Ketika saya melihat produk dari pelaku sociopreneur yang sekaligus narasumber/pembicara di workshop tersebut dalam hati saya berkata "kok gak menarik produknya", begitu juga beberapa orang hadir mereka me -nyletuk secara spontan " produknya jelek, tidak menarik". "Harganya mahal", " siapa yang mau beli"
Jika kita bicara tentang bisnis /usaha seharusnya juga kita bicara tentang manajemennya dan produknya, jika bicara tentang produk /jasa berarti bukan hanya tentang bagus dan tidaknya suatu produk tetapi bicara tentang apakah produk/jasa tersebut bisa di terima oleh masyarakat/konsumen. Jika sebuah produk tidak diterima bagaimana bisnis akan berjalan ? Dan bagaimana mendapat keuntungan?
Tetapi kenyataannya sekarang bisnis sudah berkembang tidak seperti  bisnis konvensional pada umum nya. Sebut saja 'Model Bisnis'.  Jadi istilahnya model bisnis adalah sebuah blueprint /rancangan struktur bisnis yang akan dijalankan, hal ini menyangkup tujuan, struktur organisasi,sistem kerja, proses operasional  yang mana menjadi inti tentang bagaimana bisnis itu akan berjalan.
Jadi, menurut saya.., entah bagaimana model bisnis mereka, tujuannya bukan jualan sebuah produk barang/ jasa seprti bisnis konvensional pada umumnya, tetapi produk barang/jasa yang mereka buat baik dalam prosesnya( histori) maupun bumbu dampak sosialnya hanya sebuah alat untuk mempromosikan tujuan mereka. Begitu juga strategi mereka dalam mencuri perhatian Media yang mana membuat mereka semakin dikenal dan besar.Â
Jadi, misalkan tujuan mereka adalah mendapatkan sumbangan amal/modal dari pemerintah, mendapatkan penghargaan atau mungkin produknya adalah diri mereka sendiri dan golongannya maksudnya untuk mendapatkan suatu predikat tertentu agar nanti nya mendapat tamu kehormatan menjadi narasumber/pembicara di suatu event dan tentunya mendapatkan imbalan atas hal tersebut.Â