Mei'98, hari begitu cerah tetapi tidak secerah keadaan bangsa pada saat itu. Teriakan "Krismon..krismon....", "dollar naik..dollar naik..." di mana-mana, disudut-sudut kampung, di pasar-pasar bahkan di sekolah-sekolah. Tampaknya krismon menjadi trending topik pada saat itu. Suasana pecah saat koran dan telivisi menyiarkan berita kerusuhan dan penjarahan. Â
Pada saat itu saya masih kecil dan tidak mengerti apa-apa, yang ada dipikiran saya adalah "jika hal ini karena uang ?! Kenapa negara tidak mencetak uang yang banyak dan dibagikan ke orang-orang".
Saya yakin pasti sebagian orang pernah berfikir apa yang saya pikirkan pada saat itu.
Setelah berjalannya waktu saya mulai sadar dan mengerti bahwa mencetak uang tidak boleh sembarangan, simple nya dalam ekonomi jika peredaran uangnya terlalu banyak tetapi ketersediaan barang sedikit maka harga barang akan naik. Â Jika dulu bisa membeli permen dengan harga Rp100/biji , sekarang harga permen Rp500/biji, ini bisa disebut sebagai inflasi jika peningkatannya secara terus menerus.
Inflasi adalah salah satu dari banyak faktor penyebab krisis finansial global 97/98. Semua hal yang berkaitan dengan kebijakan moneter diatur oleh Bank Sentral/ Bank Indonesia ( BI ). BI berusaha menjaga agar sistem keuangan ( Stabilitas sistem keuangan) berjalan dengan baik serta mencegah atau mengurangi kepanikan / krisis keuangan.
 Apa sih, Yang Dilakukan BI Untuk Menjaga Stabilitas Keuangan?
Bank Sentral / Bank Indonesia (BI) dapat menaikkan dan menurunkan suku bunga jangka pendek. Misalkan saat pertumbuhan ekonomi melambat dan menurunnya nilai mata uang tajam ( inflasi ) , BI dapat menurunkan suku bunga dengan tujuan mendorong persahaan-perusahaan melakukan pengeluaran /akuisisi properti misalkan perusahaan konstruksi, investasi dan lembaga lainnya.
Suku bunga rendah menciptakan lebih banyak dorongan dalam pertumbuhan ekonomi yaitu menambah permintaan, menambah pengeluaran, menambah investasi di perekonomian. Begitu juga sebaliknya jika pertumbuhan terlalu cepat,  BI menaikkan suku bunga dengan tujuan meredam pengeluaran  yang terlalu cepat agar stabil dengan menaikkan biaya pinjaman  rumah,  mobil, atau investasi.
Krisis Keuangan / KepanikanÂ
Krisis keuangan disebabkan karena hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu institusi. Contoh: misalkan Anda adalah seorang nasabah  di  sebuah institusi / lembaga keuangan, sebut saja Bank A, Anda memiliki simpanan Giro ( simpanan yang dapat ditarik sewaktu -waktu / dalam waktu dan limit yang yang telah ditentukan ( jangka pendek).Â