[caption caption="Totalitas dan rasa cinta adalah kunci kesuksesan peternak sapi perah (dok BDL)"][/caption]
“Tidak bisa mengurus peternakan sapi perah hanya bermodalkan uang semata.” Tegas drh Triwiyono (52), Konsultan Budidaya Sapi yang juga pemilik usaha peternakan sapi perah di kawasan Desa Bendosari, Kecamatan Sanan Kulon, Blitar; dalam wawancara jelang akhir tahun 2015 lalu,”Harus total terjun ke kandang, memberikan pakan, mengecek kondisi kesehatan sapi kita, dan tentu saja membersihkan kandang.”
Itu pula alasan yang menyebabkan putri keduanya, drh Chory (24) yang jebolan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya beserta sang suami yang juga sama-sama dokter hewan namun lulus dari Universitas Gajah Mada (UGM), pagi (26/12) itu sudah bersimbah keringat memandikan sapi-sapi, menggosok lantai kandang, dan memerah susu. Triwiyono memberikan modal berupa sepuluh ekor sapi perah dan cek senilai biaya pemeliharaan hewan-hewan itu selama setahun lalu selanjutnya sang putri sekeluarga diharapkan sudah dapat membiayai kehidupan mereka plus seorang anak secara mandiri dari keuntungan penjualan susu segar yang pemasukannya bersifat harian.
“Sudah banyak peternak binaan saya yang sukses punya puluhan bahkan ratusan ekor sapi.”Ungkap lelaki yang gemar mengenakan topi koboy saat beraktifitas itu,”Saya berharap anak saya dapat memahami perlunya kerja keras untuk membiayai kehidupan dan menjadi mapan kelak sebagai pengusaha ternak sapi yang sukses.”
Triwiyono yang juga ketua Koperasi ‘Jaya Abadi’, pemasok susu ke berbagai perusahaan pengolahan susu dengan kapasitas rata-rata 100 ton liter susu segar setiap bulannya ini juga menambahkan satu faktor penting untuk meraih keberhasilan di bidang usaha ternak ,” Harus ada passion (semangat yang didasari rasa cinta, -pen.) dalam mengurus sapi karena aktifitasnya berlangsung hampir sepanjang 24 jam sehari.”
Bukan hanya pakan dan kebersihan kandang, penyakit mulut dan kuku yang kerap menyerang mamalia herbivora itu harus bisa dideteksi sejak dini dan segera diobati, begitu juga agenda inseminasi sampai ke proses persalinan dan pemeliharaan anak-anak sapi, semua harus dikuasai dan sebisa mungkin ditangani sendiri,”Dia lulus cum laude dari kedokteran hewan dan pasti paham teori-teori yang berkaitan dengan pemeliharaan sapi, tapi itu belum cukup sebagai modal jadi peternak yang berhasil.” Papar Tri tentang putrinya,”Perlu pengalaman turun langsung ke kandang dan mengurus sendiri sapi-sapinya.” Mungkin interaksi rutin dengan hewan ternak tersebut diharapkan dapat menumbuhkan passion dalam diri anak dan menantunya itu.
[caption caption="Bersama peternak binaannya yang telah berhasil (dok BDL)"]
Ketelatenan Tri dalam membimbing para peternak binaannya memang sudah cukup menjadi buah bibir di kalangan para peternak rakyat yang awalnya hanya memiliki 1-2 ekor sapi dengan budidaya ala kadarnya di kawasan Jawa Timur, khususnya Blitar, Pasuruan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, dan Malang. Kisahnya yang rela merogoh kocek sendiri untuk membelikan 1-2 ekor sapi sebagai modal awal peternak binaan atau untuk mengganti sapi yang mati karena salah urus masih terus menjadi bahan perbincangan hingga saat ini.
“Pak Tri itu sabar dalam membimbing saya.” Ungkap Nurtriyanto (42) saat ditemui di area kandang sapinya yang luas di kawasan Bendosari,” Awalnya saya dititipkan bapak dengan modal dua ekor sapi pada Pak Tri saat masih duduk di SMP …” Dan sekarang ini dengan total jumlah sapi 300 ekor, dia sudah termasuk pengusaha sapi terbesar di kawasan Jawa Timur yang bukan hanya bergerak di sektor tata niaga susu segar dan sapi potong, namun sudah merambah pada produksi konsentrat pakan sapi juga.
Nurtriyanto membenarkan bahwa totalitas memang diperlukan dalam budidaya sapi perah,”Saya sudah berada di kandang sejak usai sholat Subuh, memeriksa kondisi sapi-sapi di kandang sambil mengelola transaksi bisnis bisa berlangsung sampai sore lalu nanti malamnya mengecek lagi kalau-kalau ada sapi yang sakit, melahirkan, atau ada masalah lain.”
Rata-rata peternak sapi yang sudah memiliki puluhan apalagi ratusan ekor sapi baru akan pulang ke rumah paling cepat pukul 21.00 wib. Seperti pepatah Jawa yang mengungkapkan witing tresno jalaran soko kulino alias cinta tumbuh karena interaksi yang intens, passion dalam menjalani usaha peternakan sapi perah pun akan tumbuh dengan sendirinya. Sebagaimana munculnya harapan dalam diri Triwiyono yang meyakini segenap harapannya sudah tercapai melalui usaha ini dan ingin berkonsentrasi pada sisi edukasi membimbing para peternak muda untuk lebih total menjalankan usaha ternak mereka hingga harapan agar harapan swasembada susu Indonesia dapat terwujud suatu saat nanti …
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H